Pages

Mengenai Saya

Foto saya
Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia
Menjadi guru adalah salah satu anugerah yang terindah bagi saya, Allah Yang Maha Kuasa memberi kesempatan diri saya untuk belajar dan berkarya. bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Asa ke depan tetap berkarya dan berkarya walau usia semakin senja. Mudah-mudahan Allah meridhoi.Amin

Slide

10/02/11

Demonstrasi Pengelolaan Sampah

Posted by Saptari Dharma Wijayanti on 00.20 0 komentar

DEMONSTRASI  PENGELOLAAN  SAMPAH SEBAGAI PENERAPAN MATERI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Guru Profesional
            Menurut undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru profesional harus memiliki kualitas akademik minimum sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV), menguasai kompetensi (pedagogic, professional, social, dan kepribadian), memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Guru sebagai tenaga profesional diharapkan dapat berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran dan berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Guru sebagai agen pembelajaran untuk saat ini diberi keleluasaan dalam merancang dan melaksanakan pembelajarannya, hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah mengenai pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang  sejalan dan dilandasi paradigma baru pengelolaan pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah, sesuai dengan kondisi, potensi siswa, dan potensi daerah dalam batas-batas tertentu yang diberikan keleluasaan dalam mengembangkan kurikulumnya sendiri.

Pembelajaran  IPS
Pelaksanaan pembelajaran adalah peristiwa interaksi antara peserta didik dengan pendidik, antar peserta didik, dalam suasana yanga telah dirancang dan didukung dengan alat sehingga diharapkan menghasilkan perubahan baik pengetahuan, sikap, maupun perilaku. Agar harapan tersebut dapat diwujudkan maka diperlukan guru  yang kompeten di bidangnya, yaitu mampu merancang, melaksanakan, dan mengelola pembelajaran secara efektif dan efisien. Guru diharapkan mampu memberdayakan potensi yang ada dilingkungannya sehingga pembelajaran berlangsung sesuai dengan kondisi setempat, mampu memotivasi, menciptakan suasana yang menantang, mendorong kemandirian, dan melatih perserta didik mengambil keputusan yang bertanggung jawab.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SMP/MTs yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial, yang memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global yang selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu  maka pembelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan,
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan  :mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; merasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial.; memiliki komitmen dan kesadaran nilai sosial dan kemanusiaan; memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Adapun ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut : 1) Manusia, tempat, dan lingkungan, 2) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan, 3) System sosial dan budaya, 4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Inovasi Pembelajaran IPS
Salah satu kompetansi dasar mata pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 1 Karanglewas semester gasal tahun pelajaran 2009/2010 adalah mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan. Alokasi waktu yang diperlukan dalam pembelajaran materi lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya adalah 3 kali pertemuan @ 2 jam untuk tiap pertemuan. Adapun indikator yang dikembangkan oleh penulis adalah sebagai berikut :
·         Mengidentifikasikan unsur-unsur lingkungan hidup fisik hayati dan budaya.
  • Mengidentifikasikan arti lingkungan hidup bagi manusia.
  • Mengidentifikasikan  bentuk bentuk lingkungan hidup dan faktor penyebabnya 
  • Memberikan contoh contoh usaha pelestarian lingkungan hidup.
  • Mendiskripsikan pembangunan berwawasan lingkungan
  • Mengidentifikasikan ciri-ciri pembangunan berwawasan lingkungan.

Skenario pembelajaran materi lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya adalah sebagai berikut :
Untuk indikator pertama dan kedua pembelajaran menggunakan metode observasi dan diskusi, dimana siswa secara individual diberi tugas untuk mengobservasi lingkungan untuk mengidentifikasi  unsur biotik, unsur abiotik, dan unsur sosial budaya  di dalam sekolah, dan dilanjutkan dengan diskusi kelompok untuk melaporkan hasil observasinya. Pembelajaran pertemuan pertama diawali dengan apersepsi yaitu  menanyakan apakah siswa senang bersekolah di SMP N 1 Karanglewas?.  Pada kegiatan eksplorasi dan elaborasi siswa diberi tugas untuk mengobservasi lingkungan sekolah yaitu ruang kamar mandi, selokan, dan halaman sekolah. Siswa melaporkan hasil observasi secara tertulis dalam bentuk kelompok.
Kegiatan konfirmasi hasil laporan adalah dengan klarifikasi hasil laporan tentang unsur biotik, unsur abiotik, dan unsur sosia budaya. Berdasarkan laporan tertulis seluruh kelompok berpendapat bahwa matahari bersinar terang, udara sangat bersih, rumput halaman sekolah kering, dan sampah dibuang tidak pada tempatnya.. Hampir semua tempat ada sampah yang berserakan baik di halaman, di kebun, maupun di selokan sekolah. Selain itu kamar mandi banyak coretan kata-kata yang kurang pantas. Kegiatan penutup, pertama diisi dengan meminta salah satu siswa untuk memberikan refleksi dan siswa menyatakan senang dengan proses pembelajan dan tidak senang dengan kondisi lingkungan sekolah yang kotor. Selanjutnya siswa diberi tugas untuk mengamati kegiatan pengelolaan sampah di rumah masing-masing. Penilaian proses dilakukan oleh guru untuk  menilai kedisiplinan selama observasi, dan antusias serta kerja sama dalam diskusi kelompok. Penilaian hasil berdasarkan laporan secara kelompok dilakukan   atas dasar  keseuaian dengan tema, dan kejelasan laporan. 
Pembelajaran pertemuan kedua  dengan  indikator mengidentifikasikan  bentuk bentuk lingkungan hidup dan faktor penyebabnya dan  memberikan contoh- contoh usaha pelestarian lingkungan hidup dengan metode ceramah, observasi, demonstrasi, dan menggunakan model pembelajaran sample and unsample. Kegiatan apersepsi dimulai dengan memberikan pertanyaan, ”Apakah di rumah siswa ada dua  tempat pembuangan sampah?, dan hampir semua siswa menjawab hanya ada satu tempat pembuangan sampah. Apersepsi yang kedua guru menjelaskan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh siswa. 
Kegiatan eksplorasi dan elaborasi dimulai dengan membagi kantong plastik untuk membungkus tangan, kemudian guru membawa siswa ke halaman sekolah sebelah barat,dengan alasan tempat tersebut dengan kebun ketela yang bayak sampahnya,  siswa diminta untuk mengambil dan menempatkan sampah pada bak sampah sesuai dengan klasifikasi sampah organik dan sampah anorganik.   Kegiatan konfirmasi dilakukan dengan klarifikasi hasil pemilahan sampah yang dilakukan siswa dan demonstrasi pembakaran sampah anorganik.  Seluruh rangkaian proses pembelajaran tersebut nampak pada  gambar di bawah ini :
1.  Gambar Pengambilan sampah dan proses memasukkan sampah sesuai dengan bak sampah yang tersedia  

         
a. Mengambil dan memasukkan sampah       b. Penerapan model sample & unsample
2.   Gambar proses salah satu cara pengolahan limbah sampah anorganik

           
        a. Klarifikasi jenis sampah  anorganik           b. Demonstrasi pembakaran sampah      
                                                                                    anorganik
        Catatan :  Pembakaran sampah anorganik pada kaleng cat yang di dalamnya ada kaleng cat lagi yang lebih kecil

Pertemuan pemelajaran kedua ditutup dengan membuat kesimpulan bahwa perlu pemisahan antara sampah organik dan sampah anorganik, serta pengolahan sampah organik dibakar pada tempat sampah di tanah., dan sampah unorganik dibakar pada kaleng bekas. Guru menjelaskan bahwa sudah melakanakan pembakaran sampah plastik dengan cara yang sama, dan kaleng tempat pembakaran sampai saat ini belum penuh walau pembakaran telah dilaksanakan selama satu tahun. Refleksi oleh seorang siswa dan dia mengatakan bahwa sangat senang dengan pembelajaran seperti tersebut di atas, dan contoh  pengelolaan sampah sangat bermanfaat, dan akan dilaksanakan di rumah. Penilaian proses dilakukan dengan pengamatan selama siswa menjalankan tugas,  proses memasukkan sampah sesuai dengan tempat yang telah disediakan. Penilaian dilakukan oleh rekan sejawat, yang melaporkan masih ada anak yang tidak serius menjalankan tugas sesuai dengan petunjuk guru.
Pembelajaran pertemuan ketiga dimulai dengan kegiatan apersesi yaitu dengan menanyakan apakah sampah di rumah sudah dikelola seperti contoh pengelolaan sampah pada pertemuan yang lalu? Berdasarkan hasil perhitungan siswa yang mengangkat jari diketahui hanya sekitar 30 % siswa yang sudah melakukan pengeloaan sampah sesuai dengan contoh. Kegiatan inti  dilakukan dengan metode reading guide, yaitu guru memberi soal dan  siswa mencari jawaban dari buku IPS Kelas VIII dari penerbit Intan Pariwara halaman  25 sampai dengan 21. Kegiatan penutup,  pertama diisi dengan pesan moral agar anak tidak membuang sampah sembarangan di manapun berada, mulai mengelola sampah di rumah dengan benar. Kebersihan di sekolah tetap harus dijaga agar tetap dapat mempertahankan predikat sebagai juara I lomba Wawasan Wiyata Mandala tingkat Jawa Tengah pada tahun pelajaran 2007/2008. Kegiatan penutup yang kedua adalah Pos tes untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran lingkungan hidup dan wawasan pembangunan berkelanjutan, dengan tes terulis, bentuk soal pilihan ganda sebanyak 20 soal. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian tugas untuk membaca materi  Kondisi Pendudukan Indonesia sebagai bahan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan rekan sejawat, hasil laporan observasi secara kelompok dan hasil evaluasi pembelajaran secara tertulis, dapat diperoleh informasi sebagai berikut
1.      Kurang lebih 95% siswa berperan aktif dalam pembelajaran.
2.      Model sample and unsample dapat  menggali kemampuan siswa dalam menemukan sendiri (inkuiri) untuk membedakan sampah organik dan sampah unorganik, berdasarkan hasil pengamatan hampir 90% siswa dapat menempatkan sampah dengan benar.
3.      Demonstrasi pengelolaan sampah dapat meningkatkan ketrampilan dan kepedulian siswa terhadap lingkungannya , berdasarkan hasil tanya jawab secara langsung 30% siswa di rumah  sudah memisahkan dan membakar sampah dengan benar yang sebelumnya tidak pernah dilakukan.
4.      Diskusi kelompok dapat meningkatkan kerja sama siswa, berdasarkan pengamatan rekan sejawat hampir 90% siswa berperan aktif dalam berdiskusi.
5.      Berdasarkan hasil pos tes diperoleh data bahwa 93% dapat mencapai KKM (65) dengan nilai rata-rata 68. Berarti  ada peningkatan  dibandingkan dengan hasil pembelajaran pada materi sebelumnya, dimana ketercapaian KKM hanya 85 % dengan rata-rata 67.

Saran dan harapan
1.      Pembelajaran dengan  menggunakan metode yang variatif sangat diperlukan agar mutu pembelajaran meningkat dan suasana pembelajaran tidak membosankan.
2.      Pembelajaran yang mengaitkan materi dengan lingkungan hidup sehari-hari sangat diperlukan  agar pembelajaran  menyajikan fakta atau realita yang ada.
3.   Mudah-mudahan apa yang telah penulis lakukan dan laporkan dapat dipakai sebagai acuan dalam melaksanakan pembelajaran, khususnya untuk guru IPS dalam pembelajran  materi yang sama, dan tidak menutup kemungkinan akan dapat pula digunakan pada materi lainnya yang relevan. Marilah kita tingkatkan mutu pembelajaran kita agar dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Jayalah negeriku Indonesia.




Membaca Selanjutnya...


09/02/11

METODE SAMPLE & UNSAMPLE

Posted by Saptari Dharma Wijayanti on 03.34 7 komentar

....more
Membaca Selanjutnya...


SERTIFIKASI, RIZKY TERTUNDA BAGI KAMI

Posted by Saptari Dharma Wijayanti on 02.41 0 komentar

“Sertifikasi dihapus, karena sertifikasi menimbulkan kecemburuan”, “Betul bu, banyak yang usul seperti itu ketika kami rapat di mana-mana” lanjutnya , kata-kata itu kudengar di ditelingaku dari bibirnya pada tanggal 10 Januari jam 13.45 WIB, dia adalah salah satu kabag dari suatu instasi di daerahku. Aku tersenyum kepadanya, tidak menyanggah dan tidak mengiyakan ucapannya, karena saya adalah guru, dan juga guru yang satu tahun ini telah menerima rizky dari Allah lewat sertifikasi.
Untuk menanggapi ungkapan ibu tersebut, saya tergelitik untuk berbagi ceritera tentang perjalanan karier seorang guru yang mendapat sertifikasi.

Saya menjadi seorang guru sejak 1986 selepas lulus dari IKIP Semarang, jurusan PDU Akuntansi. Pertama kali mengajar di SMEA Maranatha dengan gaji borongan pe bulan sebesar Rp 40.500, karena status saya sebagai guru GTT yayasan. Formasi CPNS untuk jurusan akuntansi hampir tiap tahun ada, dan saya selalu mencobanya. Pada tahun 1992 saat saya mendaftar seleksi CPNS yang ke-7, dari salah seorang petugas pendaftaran mengatakan, “koq baktinya di swasta bu”, katanya sambil menggeleng-nggelengkan kepalanya. Saya merenung dan berpikir, apa makna dari pertanyaan bapak petugas pendaftaran tersebut?
Kepada bapak kepala sekolah saya sampaikan pertanyaan tersebut kepadanya, kemudian dia memberi saran kepada saya untuk mencoba mengajar di SMEA Negeri, ternyata saya diterima dengan status GTT. Dan benar Tahun 1994 dan 1995 saya lolos Tahap pertama seleksi CPNS, tetapi gagal wawancara di tingkat propinsi. Dengan demikian tahun 1993 hingga tahun 1997 saya mengajar di dua tempat dengan jadwal yang dipadatkan, rata-rata saya mengajar 42 jam per minggu, dengan honor kurang lebih Rp 130.00,00, total pendapatan dari dua tempat saya mengajar. Saya mengajar Dasar-dasar akuntansi, Akuntansi Keuangan Lanjutan , Akuntansi Perbankan, dan Akuntansi Biaya. Pernah ada satu tahun yang unik mengajar di Maranatha, saya pernah mengajar 37 jam pelajaran dengan 5 Mata pelajaran, yaitu akuntansi keuangan, akuntansi biaya, matematika di kelas II Akuntansi, dan mata pelajaran Bisnis Lanjutan serta Tehnologi Perkantoran di kelas III Administrasi Perkantoran), dan sore hari memberi ekstrakurikuler komputer, di mana saat itu masih WS dan LOTUS.

Pada bulan Juni 1997 seorang pejabat kurikulum SMK Ma’arif Cilongok bertandang ke rumah dan meminta saya untuk mengajar di sekolahnya, permintaan ini saya terima, bukan karena honornya, tetapi karena saya ingin berjilbab, jadi dengan terpaksa SMK Maranatha yang telah memberikan banyak pengalaman mengajar kutinggalkan. Tahun 1997 s.d Tahun 2000 saya mengajar di dua tempat SMK N 1 Purwokerto, dan SMK Ma’arif Cilongok. Selain itu pada tahun 1999 saya diminta juga mengajar akuntansi di D3 Bahasa Inggris, saya katakan diminta karena saya tidak pernah melamar. Semua status tersebut saya lepaskan, juga murid-murid les akuntansi saya di rumah, setelah saya diterima sebagai CPNS sejak Desember 2000 menjadi guru di SMP N 2 Somagede di desa Tanggeran Banyumas, mengajar IPS. Separuh dari gaji untuk biaya transpot bus untuk 2 atau tiga kali perjalanan, dilanjutkan dengan angkot pedesaan atau OJEG. Agar tidak terlambat saya selalu berangkat jam 05.30 sampai di rumah paling banter jam 15.00 karena angkot pedesaan sangat jarang waktu itu.

Alkhamdulillah tahun 2004 saya mutasi di SMP N 1 Karanglewas, saya diijinkan mutasi dengan alasan kesehatan, mendekati rumah tinggal dan diharapkan lebih sejahtera serta dapat mengajar dengan optimal. Tahun 2004 pula pengajuan PMK saya dikabulkan oleh pemerintah, sehingga masa kerja saya sekarang 19 Tahun. Tahun 2009 saya dinyatakan lulus sertifikasi portofolio, dan alkhamdulillah tahun 2010 saya telah menerimanya. Kepada pemerintah saya ucapkan terima kasih, yang mungkin dapat mewakili satu dari ribuan guru dengan nasib yang sama, bahkan dengan honor yang jauh lebih rendah untuk rekan-rekan guru SD, yang baktinya sampai 19 tahun, atau bahkan lebih.

Dan perlu pembaca ketahui, harga yang pernah diberikan dari masyarakat kepada saya sebagai guru les akuntansi, privat maupun grup adalah Rp 50.000,- untuk setiap tatap muka (90 menit), dan bahkan kadang lebih, tanpa saya memberi tarif, karena bagi saya ilmu tidak diperdagangkan. Masyarakat awam saja sangat menghargai kami, mengapa sertifikasi meresahkan sebagian pejabat struktural? dapatkah anda menghitung berapa “harga” seorang guru seperti kami sebenarnya, yang minimal sehari mengajar puluhan bahkan ratusan anak dalam sehari?.

Pada akhir tulisan ini saya pribadi ingin bertanya kepada pembaca, khususnya kepada ibu yang telah bercerita kepada saya, masih inginkah sertifikasi dihapus setelah anda membaca pengalaman mengajar dan honor yang saya terima baik sebagai GTT maupun sebagai guru les seperti di atas?
(Dra. Saptari DW, guru IPS SMP N 1 Karanglewas,
Membaca Selanjutnya...


04/02/11

BINGO

Posted by Saptari Dharma Wijayanti on 04.50 0 komentar

[wallcooBingo

Bel berbunyi nyaring, bel yang sudah kutunggu-tunggu karena aku akan masuk ke kelas 9 D untuk memberikan kuis spesial. Aku ingin tahu suasana apa yang akan terjadi dengan kuis bingo yang sudah kusiapkan.
“Selamat siang anak-anak!” sapaku sebelum anak-anak lebih dulu menyalamiku.
“Selamat siang bu!” jawab mereka serempak.
“Sudah belajar tadi malam?”
“Sudah bu, tapi sedikit.” jawab Rono.
“Belum bu” timpal Andri.
“Ya sudah, untuk mengingatkan kembali yang apa yang sudah kalian baca tadi malam sekarang  kalian baca 10 menit dari halaman 28 sampai dengan 30.”
“Ya bu!”
            Sambil menunggu mereka membaca aku berkeliling membagikan lembar kuis bingo yang sudah kusiapkan semalam.
“Untuk apa bu?” tanya Fitri.
“Ya untuk kuis” jawabku sambil jalan.
”Diapakan bu?” tanya Eni ketika menerima lembaran untuk kuis dariku.
”Anak-anak tolong kalian semua membaca dulu saja, seperti permintaan kalian tadi, nanti ibu jelaskan semua.” jelasku.
”Baik bu!”
            Kulirik jam di dinding. 10 menit telah berlalu, berarti sudah cukup kesempatan anak-anak untuk membaca buku. Maka segera kusiapkan ballpoint, permen dan materi untuk kuis.
”Bu permennya untuk saya ya bu?” tanya Hari.
”Ya boleh, asal kamu dapat menjawab semua pertanyaan ibu dengan benar.” jawabku. ”Anak-anak perhatikan! Kalian semua sudah mendapatkan lembar seperti ini?” tanyaku sambil kutunjukkan lembar kuis bingo kepada anak-anak.
”Sudah bu!”
”Berapa kotak yang ada di lembar kertasmu?”
”Satu, dua, tiga, empat, lima. Dua puluh lima bu!” jawab Indra lantang.
”Nah sekarang kamu isi kotak itu dengan angka nomor satu sampai dengan dua puluh lima secara acak!”
“Urut boleh bu?” celetuk seorang siswa.
“Boleh, tetapi sebaiknya jangan, nanti kalian akan tahu manfaatnya. Baik anak-anak, apakah sudah semua?”
[wallcoo“Sebentar bu, jangan terlalu cepat bu!” kata Titin protes. Aku tersenyum mendengar Titin protes, karena dia memang paling hobi protes kalau diberi tugas.
”Sudah bu!” kata Adi.
”Perhatikan aturan mainnya! Pertama, tujuan permainan kuis ini adalah untuk mengetes belajar kamu, untuk menguji kesportifitasanmu, dan juga kejujuranmu. Kedua, tolong tulis jawaban ketika ibu meminta kamu menulis, dan letakkan bollpointmu ketika ibu meminta kemu meletakkannya. Ketiga, apabila jawaban di kertas kalian betul semua ketika ditarik secara diagonal, horizontal, dan vertikal maka kalian berdiri bersorak HORE, ASIK, BINGO, YES atau kata lain yang kalian suka. Nanti ibu berikan hadiah bollpoint atau permen ini.”
”Asiiiiiiik” sahut Rudi gembira.
“Sudah paham aturan mainnya?”
“Sudaaaaah...”
”Ibu minta kalian cari nomer empat, sudah ketemu?”
“Sudah bu.”
”Pertukaran barang dengan barang disebut ...., tulis......, sudah.......? letakkan!” aku menarik nafas sebentar sambil memastikan anak-anak sudah meletakkan alat tulis mereka, ”Jawabannya apa anak-anak?”
”Barter bu!” anak-anak menjawab serempak.
”Ya benar!” sahutku.
”Asiiiiik” si Imam bersorak.
”Nomor dua!” kukeraskan suaraku, dan anak-anak langsung diam.“Perhatikan mata uang ini! Angka ini menjukkan nilai ...., tulis sekarang! .........Sudah? letakkan bollpointmu sekarang! Apa jawabannya Atin?”
”Nilai intrinsik bu.”
[wallcoo”Betul anak-anak?”
”Salah bu, nilai nominal yang betul!” jawab Intan tanpa kutanya.
”Ya benar”
”Yes” kudengar anak-anak senang ketika jawabnnya benar.
”Aduh jan! Aku salah.” timpal Hendro.
”Nah, tolong yang benar diberi tanda centang, dan yang salah diberi tanda silang!” perintahku.
”Ya buuuu!”
            Kubacakan soal satu demi satu. Kulihat anak-anak gembira sekali, bahkan kadang tidak sabar ketika aku belum membacakan soalnya. Ekspresi anak-anak yang salah jawabannya juga lucu. Kadang ada anak yang kurang jujur, tetapi teman sebangkunya selalu mengingatkannya. Tentu saja aku juga harus cermat dan teliti memperhatikan tangan anak-anak ketika ada jawaban yang benar kusebutkan, seperti baru saja ketika kusebutkan jawaban Nilai Tukar, Indah langsung melakukan gerakan menulis.
”Kamu baru menulis ya Indah?” tanyaku kepada gadis bertubuh kecil itu.
”Ya bu, Indah baru menulis jawaban yang benar bu.” sahut Ika yang duduk sebangku dengan Indah.
”Tolong disilang ya Indah, kita latihan jujur ya?” harapku kepada indah, dan indah mengangguk dengan senyum malu.
”Huuuuuuu, ” sahut teman-teman lainnya.
”Sudah, kita kan sedang belajar, jadi kalau keliru langsung ibu luruskan.” kataku menenangkan anak-anak
[wallcooSetelah berlangsung lima nomor, aku bertanya kepada anak-anak, ”Siapa yang sudah bingo?”
”Saya bu!” jawab Supriyanto tenang.
”Silahkan bollpoint ini untuk kamu Pri.” kataku sambil menyodorkan sebuah bollpoint berwarna hitam.
”Ya bu, terima kasih.” Supriyanto menerima bollpint dari tanganku dengan muka sumringah. Kuhitung sudah empat belas nomor yang kubacakan.
”Sekarang nomor 15” kataku lantang.
”Bu lah nomor 14 bu?” Titin protes lagi dan aku hanya tersenyum untuk membalas protesnya.
”Salah satu syarat uang adalah curability, artinya ...., silahkan ditulis...…. baik, letakan! Apa jawabnya Ani?”
“Tahan lama bu.” sahut Ani.
“Pintar!” pujiku.
“Yeeeeee, aku benaaar!” ucap Mukti lucu.
”Horeeee saya bingo lagi bu!” kembali Supriyanto berdiri untuk yang keempat kalinya
”Saya juga bu!” teriak Imam tak mau kalah.
”Saya juga bu.” Ujar Irma lirih.
”Silahkan yang bingo ke depan!” satu persatu anak-anak yang tadi bingo maju ke depan. Nah, ini untuk Imam, ini untuk Irma dan ini permennya untukmu Pri!” kataku sambil menyerahkan masing-masing sepuluh bungkus permen kepada Imam, Irma, dan Supriyanto.
[wallcoo”Ya bu, terima kasih” semua menjawab dengan riang gembira. Irma memasukkan semua permen ke dalam saku bajunya, sementara Imam memasukkan semua permen ke dalam saku celananya. Tetapi lain yang dilakukan Supriyanto, dia  kembali ke tempat duduk yang letaknya paling belakang sambil membagi permen satu-satu kepada teman yang dilewatinya. Hal sama yang dia lakukan saat bingo yang kedua. Hanya tadi dia lewat sebelah kiri, kemudian yang kedua dia lewat sebelah kanan, dan kini dia lewat jalan tengah untuk menuju tempat duduknya. Aku senang sekali dengan apa yang dilakukan oleh Supriyanto. Akhirnya dua puluh lima soal usai sudah kubacakan. Bollpoint serta  permen yang ada di mejaku sudah habis.
”Silahkan anak-anak kalian hitung jumlah jawaban yang benar, kalau sudah kumpukan sekarang! Ibu ingin lihat apakah jawabanmu banyak coretan atau tidak, sekaligus ibu masukkan ke daftar nilai.” kataku di tengah riuhnya suara anak-anak yang bergembira. ”Agus, tolong bantu ibu mengumpulkan jawaban teman-temanmu!”
”Siap bu!” jawab Agus sambil berdiri dan mulai mengumpulkan semua jawaban teman-temannya.
”Coba Endang, maju ke depan.”
”Saya bu?” tanyanya. Aku mengangguk pelan.
”Coba katakan pendapatmu tentang pelaksanaan kuis tadi.”
”Senang bu, dan kita harus jujur!” jawab Endang singkat.
”Besok lagi ya bu?”  teriak Indra.
[wallcoo”Kalau besok tidak, tapi kapan-kapan lagi bisa! Kamu bisa kembali ke tempat dudukmu Ndang, terima kasih ya sudah memberikan pendapatmu.” kataku kepada Endang.
”Ya bu.”
”Perhatian anak-anak! Siapa tadi yang berbagi rizky kepada temannya?”
”Supriyanto bu!!”
”Supriyanto, tolong maju ke sini!” pintaku kepada Supriyanto. Kemudian dia berjalan dan berdiri di samping kiriku. ”Karena tadi Supriyanto selalu memberikan permen yang diperolehnya kepada teman-temanya, maka ibu memberi tambahan hadiah kepada Supriyanto.” kataku kepada semua anak-anak sambil kuberikan satu lembar uang lima ribuan.
”Terima kasih banyak bu.” ujar Supriyanto.
 ”Silahkan kembali ke tempat Pri!” Supriyanto mengangguk lemah. ”Anak-anak, bila kalian sudah terjun di masyarakat dan memperoleh rizky yang banyak tolong jangan lupa berbagi kepada yang membutuhkan. Ibu ingin kalian seperti Supriyanto. Tadi ibu melihat Supriyanto berbagi, ibu senang sekali. Bila masyarakat Indonesia saat ini seperti Supriyanto, Insya Allah tidak ada anak-anak yang terlantar di jalanan, tidak ada pengemis yang meminta-minta di perempatan jalan, dan tidak ada pula banyak anak-anak yang putus sekolah karena alasan biaya, kalian paham?”
”Paham bu.” jawab anak-anak kompak. ”Mau melakukan seperti Supriyanto kelak?” tanyaku lagi.
”Ya bu!” mereka kembali menjawab dengan serempak.
”Kenapa Supriyanto sering bingo?”
[wallcoo”Jawabnnya selalu benar bu” jawab Imam.
”Ya, kenapa kamu tidak Imam?”
”Saya tidak belajar bu, saya hanya betul 11 tadi bu.” selorohnya polos.
”Menyesal tidak kamu?”
”Iya bu, besok saya akan rajin belajar bu.”
Aku tersenyum mendengar jawaban Imam, ”Janji ya Mam.” ujarku yang disambut anggukan mantap kepala Imam. Aku kembali memusatkan perhatianku kepada siswa-siswi 9 D, ”Jadi, apa kesimpulan yang dapat kalian ambil?”
”Setiap hari kita harus belajar bu.” celetuk Intan.
”Ya, tolong setiap hari kalian belajar. ”Mari kita lanjutkan pelajaran hari ini, waktu tatap muka kita masih satu jam pelajaran, coba kalian nanti berdiskusi dengan temanmu, dua meja yang saling berdekatan saja.” kataku sambil berkeliling membagi satu kartu diskusi dan lembar hasil diskusi  untuk dua meja yang berdekatan.
”Waktu kita satu jam anak-anak, jadi tolong diskusikan dengan benar, kalau bicara tolong kecilkan suaramu, supaya tidak mengganggu kelas tetangga.”
            Anak-anak mulai berdiskusi, dan aku mencoba mengamati keaktian siswa, kalau ada yang diam saja langsung kutegur dia agar mau bekerja sama dengan teman-temannya.
[wallcoo            Waktu berjalan dengan cepat dan bel tanda pulang sudah berbunyi. Hari ini melelahkan tapi aku merasa sangat senang. Walau hanya ada satu anak di antara 236 anak yang berhasil menjawab semua pertanyaan dengan benar, tapi paling tidak telah ada tunas yang kudapatkan dari hasil efek samping penggunaan kuis ’Bingo’ dalam pembelajaran yang tidak mungkin kudapatkan kalau aku hanya dengan ceramah saja dalam pembelajaran.
Membaca Selanjutnya...