Pages

Mengenai Saya

Foto saya
Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia
Menjadi guru adalah salah satu anugerah yang terindah bagi saya, Allah Yang Maha Kuasa memberi kesempatan diri saya untuk belajar dan berkarya. bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Asa ke depan tetap berkarya dan berkarya walau usia semakin senja. Mudah-mudahan Allah meridhoi.Amin

Slide

20/04/11

Pak Lurah

Posted by Saptari Dharma Wijayanti on 17.20 1 komentar

PAK  LURAH



“Itu siapa bu?” tanyaku pada bu Karni.
“Yang mana? “ bu Karni bertanya balik.
“Yang baru lewat pakai motor merah.” Jawabku.
“Oh... dia pak lurah desa belakang sekolah kita,       memang kenapa bu?’ jawab bu Karni kelihatan heran.
“ Aku merasa kenal, apakah namanya Roso?”
 “Ya memang Roso, njenengan kenal di mana bu?“  nampak muka bu Karni keheranan.
“Ya bu, dia dulu muridku.”
“Masa?” bu Karni tambah heran.
“Ya bu,  dia muridku di SMEA 15 tahun yang lalu.” Jelasku. Bu Karni nampak tidak percaya, tapi kemudian temanku Bu Harti memanggilnya, jadi keheranannya terpaksa disimpan dulu.
Aku yang ditinggal sendiri tercenung, kembali ke masa lima belas tahun yang lalu. Roso. Ya, dia muridku yang selalu terlambat ketika aku mengajar jam pertama di kelasnya. Kalau tidak terlambat bukan Roso namanya. Seperti pagi itu, ketika aku mengajaar di III Keu 1, ada ketukan di pintu. Kujawab “Masuk!”
“Oh Roso, kenapa terlambat Roso?” kutanya dia walaupun sebenarnya aku sudah tahu jawabannya.
“Tidak ada angkutan bu.” Jawabnya.
“Dari rumah jam berapa Roso?”
“Jam setengah enam bu.”
“Bisa tidak besok kalau pas jam ibu kamu tidak terlambat?”,
“ Saya coba bu.” jawabnya menunduk.
“Apa terlambatnya pas jam ibu saja?” tanyaku curiga.
“Tidak bu, biasanya tidak ketahuan”,
“Tidak ketahuan bagaimana so?”,
“Ya guru yang lain juga terlambat.” jawabnya ringan. Aku tertegun dengan jawabannya. Aduh! Kena aku, bagiku teman yang terlambat, aku juga malu.
“Ya sudah silakan duduk, mudah-mudahan lain kali tidak terlambat ya?” kataku. Sambil menjawab ya, kulihat dia melangkah dengan gontai ke tempat duduknya, nampak lelah sekali. Dia tidak tinggi, bahkan mendekati pendek untuk ukuran laki-laki. Dia muridku yang sudah berkumis agak tebal, pakaiannya rapi, nampak agak kebapakan.
Sambil meminta anak untuk  mengerjakan PR di papan tulis,  aku teringang-ngiang dengan jawaban Roso yang berangkat setengah enam. Apa jauh? Apa ada daerah yang tidak ada angkutannya? 
            “Hayo ngelamun? ” bu Karni mengagetkanku.
“Iya bu, Roso itu dulu muridku yang paling sering terlambat. Untung aku dulu hanya menegur, tidak  marah-marah atas keterlambatannya.” Ujarku.
 Aku tidak mengira muridku rumahnya sangat jauh. Saat ini posisiku seperti Roso. Untuk menuju SMP N 2 tempat aku mengajar sekarang, aku harus tiga kali ganti angkutan. Dari rumah aku berangkat jam setengah enam, menuju terminal, ganti ke jurusan Banjarnegara, turun di pasar Sokawera, kemudian ganti angkutan pedesaan. Aku harus pagi-pagi untuk mengejar angkutan pedesaan yang pertama naik, biasanya hanya aku penumpangnya. Kalau tidak seperti itu, nunggu angkutan bareng rombongan guru SD yang mengajar di Kelinting, Kemawi, pasti aku terlambat setengah Jam. Bagaimana tidak? Karena jam tujuh baru ngumpul, berarti sampai sekolah jam setengah delapan. Aduh malu aku di depan muridku.
Aku pernah terlambat, aku ijin kepada temanku, aku malu  masuk  ke kelas. Setelah  bel berbunyi tanda bergantinya  jam pelajaran aku baru masuk kelas. Apabila bisku terlambat, dan aku ketinggalan angkutan pedesaan kloter pertama, maupun kloter kedua, berarti uang tambahan harus ku keluarkan lagi untuk ngojek. Separoh gajiku habis untuk angkutan, ditambah untuk ngojek, jadi tambah banyak, tapi tidak apa-apa. Kan sudah pegawai negeri, batinku menghibur. Daripada dulu ..... bakti 14 tahun. Hmmm nikmatnya.
            Saat ini jalan sudah halus. Angkutan pedesaan ada 3 buah, angkutan bak terbuka ada 2, ditambah beberapa orang tukang ojek. Asal ada uang Insya Allah lancar perjalanan menuju sekolah. Tidak terbayangkan kondisi lima belas tahun yang lalu, jalan naik dan mendaki, panjang. Tidak ada angkutan, sepeda motor masih jarang, sepeda ontel jelas tidak mungkin. Pantas Roso selalu terlambat. Ya Allah ampuni dosaku, karena ketidaktahuanku akan daerah di kotaku. Memang dari kecil aku selalu hidup di kota dan di perumahan. Di Magelang pernah di tiga tempat aku tinggal. Semuanya adalah daerah daerah datar , serta selalu di ppinggir jalan raya. 
            Terima kasih ya Allah, Engkau telah memberiku kesempatan mengenal daerah yang selama ini tdiak pernah kukenal, desa yang indah, ramah penduduknya, udara sangat segar, bisa memandang sungai Serayu yang berkelok-kelok ketika aku turun. Dan terima kasih pula Engkau telah mengangkat dia menjadi kepala desa, walau bengkok untuknya adalah tanah yang kurang subur. Tapi amanahmu sungguh mulia untuknya.
   Sekarang aku sudah tidak mengajar di sana lagi. Aku mengajar dekat dengan rumahku, hanya 5 menit. Ini rizky yang sangat besar dari Allah. Terakhir kudengar dia dipilih lagi menjadi kepala desa, dia memperoleh suara mutlak. Selamat berjuang Roso, bangunlah desamu. Ajaklah wargamu untuk bersujud kepadaNya, Insya Allah desamu akan sejahtera. Amin. Aku bangga dengan perjuanganmu untuk sekolah dulu., dan kalau  boleh, aku juga  bangga pernah menjadi gurumu.







Membaca Selanjutnya...


Nurlaili

Posted by Saptari Dharma Wijayanti on 17.16 0 komentar

Nurlaili

            “Tuh! lihat anak itu, besok dia masih bisa begitu tidak ya?” Tanya Pak Hono kepadaku sambil menunjuk Nurlaili yang sedang bergoyang dangdut.
“Memangnya kenapa pak?” tanyaku heran.
“Apa njenengan tidak tahu? Wong njenengan saja memberi nilai empat sebanyak dua mata pelajaran untuknya.” jawab pak Hono.
Apakah nilai lainnya bagus kan pak?”
”Ya sami mawon.” kata pak Hono sambil menghisap rokoknya dalam-dalam, mungkin dia meresapi juga kata yang diucapkannya yang artinya sama saja.
            Ya sore itu merupakan hari ke-tiga sekolah kami berkemah di desa Karangsari, acara ini selalu diadakan setiap tahun menjelang kenaikan kelas. Tujuan kemah ini salah satunya adalah mempromosikan sekolah kami kepada masyarakat agar mereka mau menyekolahkan anak-anaknya di sekolah kami. Bagus juga acara kemah ini, selain untuk promosi, kami juga  dapat menjalin rasa kebersamaan di antara anak-anak, anak dengan guru, dan guru dengan guru. Untuk anak-anak kulihat mereka dapat bekerja sama dalam mendirikan tenda, mengambil air, pembagian tugas sehari-hari mulai dari masak, kegiatan lomba , jaga malam, sampai pada acara  pentas seni yang dilakukan pada malam terakhir. Juga di antara guru, saling menambah rasa kebersamaan dan kekeluargaan. Terutama kalau malam hari, kami sengaja lembur jaga malam, untuk mengisi kegiatan malam hari aku dan temanku bermain kartu, nah saat pingsut aku pasti tertawa, karena jari kelingkingku yang kecil mungil bertemu dengan ibu jari temanku yang sangat besar. Juga saat temanku kalah, pasti ada bedak yang dioleskan ke wajahnya. Aku merasa sangat dimanja oleh teman-temanku saat berlangsung acara seperti ini. Aku merupakan guru perempuan paling muda, lajang lagi. Temanku bilang ketika aku pertama datang semua meragukan kemampuanku dalam mengajar, maklum tubuhku mungil, dengan tinggi badan 150 Cm dan berat badan 40 Kg, aku nampak kecil di antara teman-temanku yang rata-rata berbadan besar. Bahkan kakakku bilang aku tidak punya perut, katanya kempes sekali.   Di sekolahku jumlah guru hanya ada 13 orang. 9 putra dan 4 putri, sementara jumlah kelasnya hanya 10 kelas, mereka penuh kasih sayang, jadi wajar kalau aku merasakan semua orang menyayangiku.  Kalau teman perempuanku ada yang mau menengok ibunya di luar kota, aku selalu diajak. Atau sebaliknya, kalau anggota keluarganya semua menengok orang tuanya, dan temanku sendiri, aku  diminta menemaninya di rumah. Nah, ketika menemani di rumah itulah kadang aku diajak nonton film, dan makan-makan enak di luar. Akan tetapi ada juga tidak enaknya menjadi guru paling muda, pelajaran yang sulit dan baru, sering diberikan kepadaku. Seperti saat itu aku mengajar lima mata pelajaran, yaitu di kelas II keuangan aku mengajar Matematika, Akuntansi Biaya, dan Akuntansi Keuangan Lanjutan. Sementara di kelas II Ketatausahaan aku mengajar Bisnis Lanjutan dan  Tekhnologi perkantoran. 
”Kok ngalamun bu?” suara pak Hono mengagetkanku.
”Selain nilai mata pelajaran saya, nilai apa lagi yang merah untuk rapornya Nurlaili?” tanyaku mengalihkan pertanyaan pak Hono.
”Banyak bu, yang tidak merah nilai agama dan sejarah.”
”Oh, pantas saya susah sekali menjelaskan kepadanya pak!”
”Ya tentu saja , pelajaran yang bu Yanti ajar kan sulit semua untuk dia.”
”Sebetulnya kasihan ya pak.”
”Ya tidak bu, sikap dia juga sangat menjengkelkan, kepada guru  berani sekali  bu, coba lihat sekarang!” pak Hono memintaku melihat Nurlaili yang bergoyang seronok di antara teman-teman laki-laki yang mengrumuninya.
”Nilaiku sangat mematikan ya pak?”
”Tidak usah dipikir bu, besok saja saat rapat pleno kenaikan kelas, kita bahas bersama teman-teman yang lain.”
            Bagaimana aku tidak mikir? Aku ingat dari tiga mata pelajaran di kelasnya dia kuberi nilai 4 untuk akuntansi biaya, nilai 4 untuk matematika, dan nilai 5 untuk mata pelajaran akuntansi keuangan lanjutan.  padahal bobot akuntansi keuangan 7 jam pelajaran, akuntansi biaya 5 jam, dan matematika  4 jam pelajaran. Nilai rata-rata dihitung dengan cara mengalikan nilai dengan jumlah jam tersebut dibagi jumlah jam, sehingga nilaiku untuknya memberikan kontribusi yang sangat besar untuk membuat dia gagal naik kelas.
            Pulang dari kemah, keesokan harinya kami melakukan rapat pleno kenaikkan kelas, dan benar juga Nurlaili menjadi agenda pembicaraan dalam acara ini. Begitu wali kelas melaporkan nilainya, hampir semua mata pelajaran nilainya sangat kurang. Dapat disimpulkan nilai jelek bukan hanya dari aku saja. Saat itu penilaian hanya berdasarkan nilai dari hasil tes tertulis saja, yaitu ulangan harian, ulangan bulanan, dan ulangan semester. Mungkin hanya ada di sekolahku saja saat itu yang memberlakukan ulangan bulanan. Ulangan bulanan diberlakukan dengan tujuan utama untuk dapat menarik uang bulanan yang harus dibayar anak-anak, karena di sekolahku untuk dapat menutup semua biaya operaional pendidikan bertumpu pada uang yang masuk dari siswa. Selain itu tentu saja untuk mengevaluasi proses belajar mengajar selama sebulan. Untuk evaluasi di sekolah kami selalu rutin dilaksanakan setiap hari Sabtu usai kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini yang tidak pernah kudapatkan di lima sekolah lain tempat aku mengajar.
Aku bersyukur pernah mengajar di sekolah ini, kudapatkan kasih sayang, kekeluargaan yang kental, dan suasana demokratis ketika rapat kenaikan dan kelulusan kelas. Semua diserahkan kepada dewan guru, kepala sekolah hanya menengahi ketika terjadi proses argumentasi yang memanas. Seperti saat itu panas sekali suasananya.
”Tolong Nurlaili dinaikkan saja!” pinta pak Hadi memohon, padahal dia bukan wali kelasnya.
”Bagaimana pak Hono sebagai wali kelas?” tanya kepala sekolah.
”Ya kalau saya sebagai wali kelas ingin semua anak saya naik semua, tapi untuk Nurlaili ini sangat berat, apalagi jumlah kehadiran tatap mukanya sangat sedikit dia sering tidak masuk pak”
”Kalau menurut bu Yanti?” kepala sekolah mengagetkanku.
”Ya menurut saya nilai yang saya berikan untuknya sudah maksimal pak, kemampuan berhitungnya rendah sekali pak.” jawabku, aku ingin mempertahankan nilai yang sudah kuberikan kepadanya.
”Pak tolong dinaikkan, tetapi dia pindah dari sekolah kita pak.” pak Hadi memohon lagi.
”Bagaimana bapak ibu?” tanya kepala sekolah lagi.
”Ya jangan pak!” kata ibu Fani ngotot.
”Bagaimana Pak Bari?”
”Ya silahkan pak, kalau Nurlaili tidak naik itu juga sudah sepadan dengan upayanya selama ini, dan saya kira kegagalan saat ini bukan menjadi harga mati untuk kegagalan di masa yang akan datang, mudah-mudahan dengan kegagalan ini dia menyadari kekeliruannya. Tetapi saya juga berharap mari kita tingkatkan pelayanan kita kepada anak-anak. Kalau kita pantau kehadirannya secar rutin, pasti tidak mungkin jumlah absennya sebanyak itu. Juga saya sering melihat saat pelajaran ada guru yang meninggalkan kelas dan hanya duduk-duduk di ruang guru.” jawab pak Bari panjang lebar. Rapat ditutup tepat jam 15.00 dengan salah satu keputusannya adalah Nurlaili tidak naik kelas.
Ya, memang keadaan kegiatan mengajar di sekolahku belum maksimal. Di era komputer saat itu, masih banyak guru yang meminta murid untuk mencatat di papan tulis. Selain kurang buku, guru juga kurang kreatif dengan keadaan yang ada. Malah ketika aku membuat semacam modul, kemudian ku foto copy dan anak-anak mengganti uang yang kukeluarkan, ada sindiran yang kuterima.
”Wah buat modul agar bisa  beli motor ya?” tanya pak Heru ke Bu Fani.
”Ya, begitulah.” Sahut bu Fani ringan.
”Pak Heru, Bu Fani maaf, kalau saya kan tidak mungkin meminta anak untuk menulis materi saya di papan tulis, berapa waktu yang terbuang, jadi modul kubuat untuk mengatasi kelangkaan buku dan juga memudahkan saya dalam mengajar.” aku memberanikan diri menjelaskan apa yang kulakukan kepada pak Heru dan ibu Fani. Aku tidak peduli mereka marah padaku, tetapi kurasa perlu. Karena sebagai guru senior seharusnya mereka yang memberi teladan kepadaku, dan memotivasi teman yang ingin mengajar dengan  baik, bukan dengan menyindirku seperti itu.
Setahun telah berlalu, aku mengawasi ujian nasional di sekolah lain yang ada di kotaku, dan aku kaget melihat Nurlaili duduk di belakang mengikuti ujian. Berarti dia pindah kemudian naik kelas, atau naik kemudian pindah kelas? Aku bertanya-tanya heran. Ah biarlah mudah-mudahan apa yang dia dapat adalah yang terbaik untuk Nurlaili. Batinku menjawab keherananku.




Membaca Selanjutnya...


PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INQUIRI DENGAN MEDIA "VOUCHER"

Posted by Saptari Dharma Wijayanti on 17.14 0 komentar







BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
          Pembelajaran IPS yang telah dilakukan selama ini khususnya pada kelas VIII G SMP Negeri 1 Karanglewas, masih bersifat hafalan dan kurang mengembangkan proses berpikir, serta pengetahuan yang diperoleh masih berdasarkan informasi dari guru dan buku semata. Siswa belum dibiasakan menemukan sendiri pengetahuan melalui pengalaman langsung, akibatnya pengetahuan menjadi tidak bermakna dalam kehidupan sehari-hari dan cepat terlupakan. Hal ini nampak dalam hasil  Ulangan Harian I semester genap tahun pelajaran 2007/2008 menunjukkan bahwa siswa VIII G yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)  hanya  26  siswa yaitu 65% dengan rata-rata kelas 58.28  (KKM IPS Semester Genap adalah 63). Hasil pengamatan oleh rekan sejawat menyatakan hanya sekitar 16 % siswa yang berpartisipasi aktif dalam menjawab dan mengajukan pertanyaan.
             Menurut Teori Piaget dalam Djohar (1980:3-4), siswa SLTP biasanya mempunyai sebaran umur 12-15 tahun, berada dalam modus perkembangan mental, proses operasi formal dari operasi konkret. Berarti kemampuan berpikir abstrak siswa belum berkembang. Modal yang jelas dimiliki oleh anak SLTP adalah kemampuannya untuk berpikir kongkret. Proses  pembelajaran pajak dengan menggunakan obyek-obyek konkret diharapkan akan lebih  berhasil dari pada belajar secara abstrak. Oleh karena itu penggunaan media voucher perlu diadakan untuk keberhasilan pembelajaran materi pajak. Agar siswa dapat menemukan sendiri jawaban atas permasalahan dalam pembelajaran materi pajak, maka digunakan metode Inkuiri.
            Atas dasar permasalahan tersebut di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul ” PENINGKATAN  HASIL BELAJAR SISWA MELALUI  METODE INKUIRI DENGAN MEDIA VOUCHER PADA PEMBELAJARAN  MATERI PAJAK KELAS VIIIG SMP NEGERI 1 KARANGLEWAS TAHUN PELAJARAN 2007/2008 ”. Peneliti  melakukan pembaharuan dalam pembelajaran agar : jumlah siswa yang  berpartisipasi aktif dalam pembelajaran IPS akan semakin bertambah, jumlah siswa yang menyatakan IPS pelajaran yang sulit akan semakin berkurang, serta prestasi belajar IPS akan semakin meningkat.
B. Permasalahan
     Dalam  penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut           “Apakah pendekatan  inkuiri dengan media voucher dapat meningkatkan hasil belajar  pada pembelajaran materi pajak kelas VIIIG SMP Negeri 1 Karanglewas Semester Genap Tahun Pelajaran 2007/2008?
C. Cara Pemecahan Masalah
          Untuk mengatasi rendahnya keaktifan dan rendahnya hasil belajar siswa penulis memilih metode inkuiri. Menurut DR. Nana Sudjana (1989:154) Pembelajaran dengan metode Inkuiri merupakan pembelajaran yang meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah. Sedangkan kata kunci inkuiri adalah menemukan sendiri. Agar siswa dapat menemukan jawaban sendiri tentang pembelajaran pajak, maka diperlukan media yang dapat membantu siswa untuk menemukan atau menggali informasi tentang pajak, dan media voucher dipilih dengan harapan akan dapat menjembatani proses pembelajaran materi pajak yang lebih aktual, visual dan nyata. Selain itu voucher juga mudah diperoleh anak, yaitu dari bukti yang diperoleh setelah melakukan kegiatan pembayaran yang dilakukan oleh orang tua masing-masing siswa dan atau dilakukan oleh siswa itu sendiri.  Satu siswa minimal dapat memperoleh dua voucher, sehingga untuk satu kelas VIIIG yang berjumlah 39 siswa akan dapat terkumpul minimal 78 lembar voucher. Pembelajaran dilakukan secara berkelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bertukar voucher, dapat lebih banyak menggali informasi, dan dapat saling bertanya apabila ada hal yang kurang jelas atau belum dapat dipahami. Kelompok dibentuk berdasarkan hasil ulangan harian pada materi sebelumnya, satu kelompok adalah kelompok yang heterogen yang beranggotakan 5 atau 6  siswa. Tujuan kelompok heterogen  adalah agar siswa yang lebih cepat memahami materi pembelajaran  akan dapat menjadi sumber informasi atau tempat bertanya bagi teman lainnya yang lebih lambat kemampuannya dalam memahami materi pembelajaran kususnya materi pajak.  
C. Tujuan Penelitian
            Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui “ Apakah  melalui metode inkuiri dengan media voucher dapat meningkatkan  hasil belajar pada pembelajaran materi pajak pada kelas VIIIG SMP Negeri 1 Karanglewas Tahun Pelajaran 2007/2008 “?.
    Selain tujuan di atas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain : 1. Manfaat teoritis, yaitu  mendapatkan teori baru tentang peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran materi pajak melalui pendekatan inkuiri melalui  media voucher, dan sebagai dasar pijakan bagi penelitian selanjutnya. 2. Manfaat praktis, bagi guru untuk meningkatkan profesionalisme guru, menambah khasanah penggunaan metode dan media pembelajaran,  manfaat bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa, serta minat siswa terhadap mata pelajaran IPS, sedangkan bagi sekolah adalah untuk meningkatkan mutu siswa SMP Negeri 1 Karanglewas, membantu tercapainya Visi dan Misi sekolah.














BAB II
KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR,   DAN HIPOTESIS
A.  Kerangka Teoritis
1.  Belajar dan Pembelajaran
            Belajar berasal dari kata dasar ajar yang artinya petunjuk yang   diberikan kepada orang supaya diketahui. Menurut DR Nana Sudjana (1989:28), belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
  UNESCO telah mengeluarkan kategori jenis belajar yang dikenal sebagai empat pilar dalam kegiatan belajar ( A. Suhaenah Suparno, 2004:6) yaitu : 1). Learning to know, dalam learning to know terkandung makna bagaimana belajar. Dalam hal ini ada 3 aspek yaitu : apa yang dipelajari, bagaimana caranya, dan siapa yang belajar. 2). Learning to do,  belajar menekankan pada perkembangan ketrampilan yang berhubungan dengan dunia kerja., 3). Learning to live together, belajar ini ditekankan seseorang/pihak yang belajar mampu hidup bersama, dengan memahami orang lain, sejarahnya, budayanya dan mampu berinteraksi dengan orang lain secara harmonis., 4). Learning to be, belajar ini ditekankan pada pengembangan potensi insani secara maksimal.Setiap individu didorong untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri. Dengan learning to be seseorang akan mengenal jati diri, memahami kemampuan dan kelemahannya dengan kompetensi-kompetensinya dalam membangun pribadi yang utuh.
   Adapun pembelajaran merupakan  suatu sistem, karena itu pembelajaran adalah suatu proses membelajarkan subyek belajar atau peserta didik, kegiatan membelajarkan subyek belajar tidak lepas dari unsur-unsur yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan berupa kompetensi subyek belajar, yaitu: guru, media/sumber belajar, materi, model/metode pembelajaran, evaluasi dan subyek belajar. 
     2.  Hasil Belajar
Menurut DR Nana Sudjana (1989:28),  dikemukakan bahwa  perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya , kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu. Perubahan itu ada yang dapat diamati secara langsung dan ada pula yang dapat diamati secara tidak langsung, dapat terjadi dalam jangka pendek , dan ada pula dalam jangka panjang. 

     3.  Materi Pembelajaran Pajak.
  Pembelajaran pajak merupakan salah satu materi pokok dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan sosial. Materi pembelajaran pajak terdapat menurut Silabus IPS ................terdapat dalam standar kompetensi memahami kegiatan perekonomian Indonesia, dengan kompetensi dasar mendeskripsikan fungsi pajak dalam perekonomian Indonesia.
  Kegiatan  pembelajaran pajak dalam silabus ilmu pengetahuan sosial adalah : a. Merumuskan pengertian pajak dan retribusi, b. Mengidentifikasi sifat dan tarip penetapan pajak,            c. Membedakan pajak langsung dengan pajak tidak langsung, d. Menjelaskan perbedaan pajak pusat dengan pajak daerah beserta contohnya, e. Mengidentifikasi unsur-unsur pajak, f. Menjelaskan fungsi dan peranan pajak dalam kehidupan suatu negara,                g. Mengidentifikasi jenis-jenis pajak yang ditanggung oleh keluarga, h. Mengidentifikasi sanksi-sanksi terhadap wajib pajak yang melalaikan kewajibannya.
4.  Pendekatan Inkuiri
              Inkuiri adalah proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman, yang diawali dengan pengamatan dari pertanyaan yang muncul. Jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat melalui siklus menyusun dugaan, menyusun hipotesis, membuat pengamatan lebih jauh, dan menyusun teori serta konsep berdasar data dan pengetahuan (PB DHARMA BHAKTI, 2008:92). Sedangkan menurut DR. Nana Sudjana  (1989:154), metode ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam pemecahan masalah, siswa betul-betul ditempatkan sebagai subyek yang belajar. Peranan guru dalam pendekatan inkuiri adalah pembimbing dan fasilitator belajar.
4.  Media.  
           a.  Pengertian Media Pembelajaran
    Kata media berasal dari bahasa Latin ”medius” dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim  ke penerima pesan (Arsyad, 1997:3).
     Media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar, (Arsyad,  1997:4).
            Menurut Sudjana dan Achmad Rivai (1989:76), sumber belajar adalah segala daya yang dapat dimanfaatkan, guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajarnya.
   Berdasarkan uraian beberapa batasan tentang media belajar di atas, maka pengertian media pembelajaran adalah komponen pembelajaran yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa, yang dapat merangsang, dan memberi kemudahan siswa untuk belajar, dan penggunaannya disesuaikan dengan tujuan dan isi pengajaran.
            b. Manfaat Media Pengajaran
              Menurut Arsyad  (1997:15), salah satu fungsi media adalah   sebagai  alat  bantu  mengajar  yang  turut mempengaruhi iklim, kondisi  dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
    Menurut Sudjana dan Rivai (1992:2), manfaat penggunaan media pengajaran dalam proses belajar mengajar adalah : (1) pengajaran akan  lebih menarik perhatian siswa sehingga menumbuhkan motivasi belajar,  (2) bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan menguasai dan mencapai tujuan pengajaran, (3) metode mengajar akan lebih bervariasi tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,     (4)  siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar .
    5. Media Voucher ( Bukti Pembayaran)
  Bukti Pembayaran  termasuk Media Visual Diam berupa Hasil Cetakan Lain. Bukti Pembayaran diperoleh setelah seseorang  melakukan pembayaran. Bukti Pembayaran yang digunakan dalam pembelajaran materi pajak antara lain : a. Bukti Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan  (SPPT  Pajak  Bumi dan Bangunan), dengan bukti ini diharapkan siswa dapat menggali  informasi  tentang  wajib pajak PBB, Obyek pajak PBB,  tarif pajak,  mengetahui jumlah PBB yang ditanggung keluarga, mengetahui  sanksi bagi yang melalaikan pembayaran pajak, b. Voucher Pajak  Kendaraan Bermotor (PKB), dengan voucher ini  diharapkan siswa dapat menggali informasi tentang jumlah pajak yang ditanggung keluarga, c. Bukti Pembayaran Rekening Listrik; dari bukti pembayaran ini diharapkan dapat digali informasi tentang: nama pajak, obyek pajak, dan tarif pajak, d. Bukti Pembayaran Rekening Telepon, dengan  bukti pembayaran ini diharapkan dapat digali informasi tentang :  nama pajak, obyek pajak, dan tarif pajak,       e. Bukti Pembayaran Jasa Telepon Umum, dari bukti pembayaran ini diharapkan dapat digali informasi tentang :  nama pajak, obyek pajak, dan tarif pajak, f.  Bukti Pembelian Barang Konsumsi,  dari bukti pembayaran ini diharapkan dapat digali informasi tentang:  nama pajak, obyek pajak, dan tarif pajak, g. Bukti pembayaran retribusi berupa :  karcis pasar, karcis kebersihan lingkungan pasar, sedangkan cukai dapat diperoleh informasi dari bukti bungkus rokok.
B. Kerangka Berpikir
              Salah satu langkah penting yang dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran adalah dalam memilih, menetapkan bahan pembelajaran menjadi materi yang sederhana mudah dimengerti, diterima dan dicerna oleh siswa sehingga dapat mencapai perubahan perilaku yang diinginkan. Oleh karena itu guru sebagai perlaksana kegiatan belajar mengajar diharapkan dapat mengambil isi materi pembelajaran yang paling esensial guna melatih siswa dalam mengidentifikasi peristiwa-peristiwa atau fakta-fakta di sekitar siswa,  dan setelah itu siswa dilatih untuk mengambil kesimpulan dalam rangka mengenal atau membentuk konsep.  Agar tujuan pembelajaran materi pajak dapat tercapai peneliti mengunakan metode  inkuiri dengan menggunakan media voucher
C.  Hipotesis
               Ada peningkatan hasil belajar pada pembelajaran materi pajak pada siswa Kelas VIIIG SMP Negeri 1 Karanglewas Semester Genap Tahun Pelajaran 2007/2008. .
BAB III.
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Siklus 1
                 Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2007/2008 karena materi pajak ada   pada semester genap pada kelas VIIIG tahun pelajaran 2007/2008 dengan jumlah siswa 39 dengan perincian jumlah siswa laki-laki  ada 19 siswa dan perempuan 20 siswa,  Variabel yang diteliti adalah peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII G SMP Negeri 1 Karanglewas pada  pembelajaran materi pajak .
             Siklus I terdiri dari: 1. Perencanaan, terdiri dari Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),  menyiapkan : daftar kelompok diskusi, kertas manila, lembar kerja kelompok diskusi, OHP sebagai sarana komunikasi hasil pelaksanaan tugas diskusi kelompok, lembar  penilaian proses, dan alat penilaian hasil belajar, 2. Implementasi Tindakan, pada pertemuan sebelum pembelajaran pajak, guru menugaskan siswa untuk  membawa pada pertemuan pembelajaran pajak berupa bukti pembayaran : listrik, telepon, pembelian barang di pasar swalayan, dan karcis pasar, karcis kebersihan pasar, serta bungkus rokok, di lingkungan sekolah dan lingkungan tempat tinggal siswa , siswa melaporkan bukti pembayaran yang dimilikinya, guru membentuk 7 kelompok diskusi dan memberikan selembar kertas manila yang sudah diberi 3 kolom Pajak, Retribusi, dan Cukai, menjelaskan tujuan pembelajaran dan tugas diskusi kelompok,  serta menyampaikan norma penilaian,  siswa menempelkan voucher pada kertas manila sesuai kolom yang ada, membahas materi  diskusi , guru meminta salah satu siswa menempelkan hasil diskusi pada papan tulis,  guru memberi klarifikasi hasil penempelan voucher, siswa melakukan presentase hasil diskusi, guru dan rekan sejawat melakukan penilaian proses, memberi klarifikasi presentase diskusi dan melakukan post tes.      3. Observasi dan Interpretasi, guru mengamati proses pembelajaran  dengan bantuan kolaborator dengan  menggunakan lembar pengamatan  untuk mengamati keefektifan penggunaan media voucher dan keaktifan siswa dalam pembelajaran materi pajak .  4.  Analisis dan Refleksi, kegiatan refleksi dilakukan dalam waktu 1 x 24 jam setelah proses pembelajaran pajak melalui pendekatan inquiri dengan  media voucher dan dilakukan dengan analisis data yang dikumpulkan ( lembar pengamatan, laporan hasil diskusi, dan hasil tes siswa).
B. Siklus 2,
               Siklus 2 terdiri dari : 1. Perencanaan,  terdiri dari menyusun RPP, menyiapkan: media voucher yang telah dibukukan, lembar tugas individual dengan bimbingan,  OHP sebagai sarana komunikasi hasil pelaksanaan tugas individual,  menyiapkan lembar penilaian proses dan alat penilaian hasil belajar, b. Implementasi Tindakan, guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan norma penilaian, membagi voucher untuk tugas individual, siswa melaksanakan tugas individual, guru bersama rekan sejawat mengamati jalannya pembelajaran , memberi kesempatan kepada siswa yang telah menyelesaikan tugas dengan cepat dan benar untuk melakukan presentase di depan kelas dengan OHP memberi tugas individual  untuk dilaksanakan di rumah, guru memberi klarifikasi pelaksanaan tugas individual,  guru  melakukan post tes.
              Adapun alur dari proses tindakan dan hasil yang diharapkan dapat digambarkan sebagai berikut :





Guru:
Belum mengguna-kan pendekatan inkuiri dan media

 










Siswa :
Hasil Belajar rendah
 
Oval: KONDISI
AWAL                                                                                                                               






SIKLUS
I : Me-
diaTanpa Warna
 


                    





SIKLUS
 II : Media
   dengan   
   Warna
 










Menggunakan
Pendekatan Inkuiri dan Media Voucher VOUCHER
 
                     Oval: TINDAKAN



                                                                                      





HASIL BELAJAR  MENINGKAT
 










KONDISI
AKHIR
 
                                                                               


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN  PEMBAHASAN
A.  Hasil Penelitian
           Kegiatan pembelajaran materi pajak dengan pendekatan inkuiri dengan media voucher berakibat pada hasil pembelajaran sebagai berikut: 1. Hasil tugas pengumpulan voucher: 95% siswa mengumpulkan voucher tepat waktunya,  2. hasil penempelan voucher menunjukkan  sebagian besar siswa dapat membedakan pajak, retribusi dan cukai, hal ini dibuktikan dengan sebanyak enam kelompok diskusi ( 86% ) melakukan  penempelan voucher pada kertas manila dengan  kolom pajak, retribusi, dan cukai dengan benar, hal ini dapat dilihat pada tabel 1  berikut  :
Tabel 1.  Pemahaman   siswa  secara berkelompok  terhadap   konsep  perbedaan pajak, retribusi, dan cukai   berdasarkan hasil penempelan voucher pada kolom yang sesuai





No.
Jumlah skor
Frekwensi
Prosentase (%)
S x F
1
10
2
28,57
20
2
9
1
14,29
9
3
8
2
28,57
16
4
7
1
14,29
7
5
5
1
14,29
5

Jumlah
7
100,00
57






Keterangan : S X F  = Skor x Frekwensi


Skor rata-rata = 57 : 7
                       = 8,14


     
     3. Tugas diskusi kelompok dapat mengungkapkan sebagian besar siswa akan pemahamannya terhadap konsep wajib pajak, obyek pajak, tarip pajak, macam-macam pajak, serta pajak yang ditanggung keluarga ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas diskusi dapat menemukan sendiri (Inkuiri) tentang materi esensial dalam pajak  dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel. 2. Hasil Diskusi Pembelajaran Pajak 
Melalui Pendekatan Inkuiri dengan Media Voucher










No.
Kelompok
Menentukan
Jumlah
Nilai
Suby.
Oby.
Nama
Pem.
Pen.
Tarip
Pajak
Pajak
Pajak
Pajak
Pajak
Pajak
Skor
8
8
8
8
8
8
48
100
1

I

8
8
7
7
6
7
43
   90
2
II
6
5
8
6
6
4
35
   73
3
III
8
4
8
6
8
3
37
   77
4
IV
6
6
6
6
6
3
33
   69
5
V
7
5
8
5
5
7
37
   77
6
VI
7
4
7
7
6
6
37
   77
7
VII
8
2
7
6
6
7
36
   75
Jumlah Skor
42
26
43
35
35
29
210
 538
Skor Maksimal
56
56
56
56
56
56
336
 700
Prosentase  Perolehan
75%
46%
77%
63%
63%
52%
63%
77%

      4. Hasil laporan tugas individual  mengungkapkan pemahaman siswa  siswa akan  wajib pajak, obyek pajak, tarip pajak, pemungut pajak, penanggung pajak, serta pajak yang ditanggung keluarga dapat  dilihat pada tabel 3 di bawah :
Tabel 3. Hasil Laporan Tugas Individual
                       Melalui Pendekatan Inkuiri dengan     
                         Media Voucher pada siklus 2

No.
Jumlah skor
Frekwensi
Prosentase (%)
S x F
1
8
8
20,51
64
2
7
20
38,46
140
3
6
7
23,07
42
4
5
2
12,82
10
5
4
2
  5,13
8

Jumlah
39
100,00
264

Keterangan : S X F  = Skor x Frekwensi
Skor rata-rata          264 : 39 =   6,77
Rata-rata Nilai  6,77/8 x 100 = 84,62


5. Hasil dari proses pemberian tugas rumah, menunjukkan adanya peningkatan tanggung jawab siswa terhadap tugas yang diberikan guru, hal ini ditunjukkan dengan dikumpulkannya tugas rumah sesuai waktu yang ditentukan dan bahkan ada yang lebih awal, perbandingan tanggung jawab siswa terhadap tugas rumah dengan pada siklus 1 dengan siklus 2 nampak pada tabel 4 berikut  :

Tabel  4 . Laporan Tugas Rumah secara Individual








No.
Keterangan
Jumlah Siswa


Siklus 1
Siklus 2


1
Mengumpulkan tugas kurang dari waktu  ketentuan

5


2
Mengumpulkan tugas sesuai ketentuan
30
33


3
Mengumpulkan tugas lebih  dari waktu ketentuan
9
1





6. Ada peningkatan hasil rata-rata  ulangan harian dan pencapaian KKM mulai dari materi sebelumnya kemudian hasil pos tes siklus 1, dan hasil pos tes siklus 2,  nampak pada grafik berikut:
Gambar 1. Grafik Rata-rata Ulangan Harian Sebelum Pelaksanaan PTK dan setelah Pelaksanaan PTK

Gambar 1. Grafik Pencapaian KKM Sebelum Pelaksanaan PTK dan setelah Pelaksanaan PTK


B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Siklus 1  
            Berdasarkan hasil pemantauan pada siklus 1 diberikan refleksi sebagai berikut :  secara umum siswa dapat mengerjakan tugas walau belum pernah di ajar, artinya siswa mampu menemukan sendiri jawaban yang diperlukan, karena media yang digunakan sangat komunikatif dan sesuai dengan permasalahan dalam pembelajaran materi pajak, hal ini sesuai dengan prinsip penggunaan media  yaitu bahwa media harus sesuai dengan tujuan pembelajaran dan tingkat kematangan siswa (Nana Sudjana, 1989: 104).  Berdasarkan tabel 1 tersebut di atas, ada satu kelompok siswa yang belum dapat menemukan sendiri jawaban atas permasalahan dalam pembelajaran pajak.
            Berdasarkan laporan rekan sejawat pada saat guru menjelaskan tentang tugas kelompok secara lisan, kelompok tersebut ramai sendiri dan guru tidak menegur kelompok tersebut, juga dalam hal mengerjakan tugas rumah yang diberikan guru masih ada siswa yang bertanggung jawab penuh dalam mengerjakan tugas, karena selama ini guru tidak memberikan sanksi terhadap siswa yang tidak mengerjakan tugas rumah, masih ada beberapa anak yang tidak aktif dalam berdiskusi.  Hal ini menunjukkan bahwa guru belum peka terhadap penyimpangan yang terjadi di kelas , dan  siswa yang mencapai KKM masih kurang dari 90%, sehingga masih diperlukan pada siklus 2.
         2. Siklus 2
              Pada kegiatan pengamatan  selama pelaksanaan tindakan pada siklus 2 dihasilkan beberapa temuan sebagai berikut:  siswa senang belajar materi pajak dengan media voucher dengan pemberian stabilo warna pada kata tertentu  mempercepat dan memudahkan siswa dalam menggali informasi tentang pembelajaran pajak, sehingga meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa dalam pembelajaran materi pajak  yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa yang tuntas KKM dan meningkatnya rata-rata kelas,  siswa lebih bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas, namun masih ada sebagian kecil siswa yang belum tuntas  sehingga perlu diadakan remidial pembelajaran bagi siswa tersebut.








BAB  V
PENUTUP

A. Kesimpulan
          Setelah dilaksanakan tindakan kelas melalui siklus 1, dan siklus 2 secara menyeluruh dapat disimpulkan sebagai berikut :
  1. Media voucher dengan pemberian warna pada kata yang esensial lebih memudahkan siswa dalam memahami konsep wajib pajak, obyek pajak,tarif pajak, macam-macam pajak, dan pajak yang ditanggung oleh keluarga.
  2. Pendekatan inkuiri dapat dilaksanakan pada pembelajaran materi pajak, karena menggunakan media yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran materi pajak, sehingga dapat   meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran materi pajak, terbukti dari hasil ketuntasan siswa dalam pencapaian KKM sebelum tindakan yaitu 68 %, dan pada siklus 1 meningkat menjadi 70%, akhirnya pada siklus 2 siswa yang tuntas mencapai 93% dengan nilai rata-rata kelas dari 58,79   menjadi 61,82 dan terakhir menjadi 65,36.
  3. Tanggung jawab siswa dalam melaksanakan tugas rumah meningkat yaitu pada siklus 1 jumlah siswa yang melaksanakan tugasnya dengan baik hanya 30 siswa  yaitu 77% dan pada siklus 2 menjadi 38 siswa yaitu 97%.
B. Saran
          Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana dalam membuat rencana pembelajaran yang mengaktifkan siswa, menyenangkan, dan mencerdaskan pada materi yang sama atau berbeda tetapi memiliki karekteristik yang sama. Kepada rekan guru, khususnya guru IPS, pendekatan inkuiri dapat dikembangkan dengan mempertimbangkan karakteristik siswa, sarana dan prasarana, serta iklim pembelajaran yang ada, dan dalam setiap pembelajaran sebaiknya menggunakan media atau alat peraga walau itu sangat sederhana, serta metode pembelajaran yang lebih variatif.
Membaca Selanjutnya...