Pages

Mengenai Saya

Foto saya
Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia
Menjadi guru adalah salah satu anugerah yang terindah bagi saya, Allah Yang Maha Kuasa memberi kesempatan diri saya untuk belajar dan berkarya. bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Asa ke depan tetap berkarya dan berkarya walau usia semakin senja. Mudah-mudahan Allah meridhoi.Amin

Slide

10/04/11

Dompet Berenda Ungu

Posted by Saptari Dharma Wijayanti on 06.07 0 komentar

Dompet Berenda Ungu
            Hati Ina tercekat kala dia menemukan sebuah dompet mungil berwarna merah jambu di depan pintu kelasnya. Dompet yang cantik, berenda ungu di kelilingnya dan bergambar bunga lily kecil berwarna merah. Ada tali dari untaian pita berwarna ungu pula, manis sekali batin Ina. Ina memang pulang paling akhir, karena dia harus melipat taplak meja yang akan dicucinya di rumah, juga menutup jendela kelasnya. Ia ingin membantu meringankan tugas pesuruh sekolah yang harus berkeliling mengecek seluruh jendela dan pintu seluruh kelas dalam kondisi tertutup.
            Ina kembali mengamati dompet yang ditemukannya, dan mencoba merenggangkan tali yang menjerat dompet tersebut, serta melongok isi dan mengambilnya. Ada pensil warna biru muda dengan gambar boneka yang manis, bollpoint dengan warna ungu tua, warna kesayangannya, penghapus berbentuk kupu-kupu berwarna pink, serta  amplop kecil yang nampaknya baru dibuka “Selamat Ulang Tahun sayang, semoga bahagia dan isi lembaran  hari-harimu dengan tinta emas serta keceriaan”. “Wah bagus sekali ucapannya” batin Ina sambil memasukkan kembali apa yang baru diambil dari dompet merah jambu. Ina senang sekali menemukan dompet ini, ia akan menyimpan dan merawatnya. Ina tengok kanan dan diri, memastikan tidak ada yang melihatnya.
            Ina bergegas melangkahkan kakinya menuju rumahnya, yang berjarak seratus meter dari sekolah. “Assalamu’alaikum” teriaknya
“Wa ‘alaikummussallam” Jawab ibunya dari dalam rumah
“Ibu pulang cepat?” tanya Ina heran, tidak biasanya ibu pulang awal.
“Ya na, tadi ibu pusing sekali jadi minta ijin pulang lebih awal”, kata Ibunya nampak agak pucat.
“Saya antar ke dokter bu?”, ajak Ina.
“Terima kasih Ina, ibu coba tidur dulu setelah shalat nanti, siapa tahu sembuh, tadi malam ibu mengerjakan tugas jam satu dan belum tidur lagi”
            “Ayo jalan-jalan ke sawah In, mumpung terang sekaligus melihat empang ikan mas kita”, ajak ayah Ina.
“Ibu ikut yah”, timpal ibu mananggapi ajakan ayah pada Ina
“Bukannya ibu pusing tadi” sahut Ina
“Sudah hilang setelah tidur”, jawab ibu
“Adik juga ikut” teriak adiknya, tentu saja adiknya ikut karena dia akan bebas berlarian di pematang sawah serta suka memancing di kolam ikan.
“Ya boleh, ayo kita berangkat semua”.
            Yang sangat disukai ketika berada di persawahan bersama keluarga adalah, pemandangan di sekeliling persawahan yang luar biasa. Di sebelah Utara Gunung  menjulang tinggi, berdiri dengan megahnya. Di sebelah timur dan selatan adalah tanaman padi yang menghampar luas, nampak seperti karpet hijau yang terbentang, nampaknya enak sekali untuk tidur, dan sekelilingnya  pohon-pohon yang tinggi menari-nari dengan indah tertiup angin. Bila Ina berlari ke arah barat dan menaiki bukit kecil, maka dia akan nampak lembah hijau yang sangat indah, sawah dan ladang yang diselingi dengan kebun mawar yang berwarna merah dan putih, sangat indah, dan sebentar lagi gerbong kereta api akan beriringan dan kadang meliuk-liuk di kejauhan seperti ular.
            “Pak nanti minta abu gosok ke pak Banu ya pak?, Kata ibu
            “ Ya..”Jawab ayah Ina singkat
            “Di sini kan ada abu gosok bu, bagus warnanya, putih dan butiran merangnya masih nampak”, kata Ina sambil meraup abu gosok yang ada di sekitar pembakaran bata merah yang ada di sebelah kiri sawah ayahnya.
“ Kembalikan In, Pak Narto pemilik pembakaran bata merah ini sedang di Jakarta selama sebulan,  kita tidak boleh mengambil tanpa ijin yang punya” kata ayah Ina sambil memetik kacang panjang.
“Abu ini sudah menumpuk banyak ayah, kan hanya abu?’ protes Ina “Kita ambil satu ember kecil tentu tidak apa-apa” lanjut Ina.
“Tetap tidak boleh In, semua barang yang berada di tanah milik orang lain adalah bukan milik kita, kamu ingat ketika ada durian yang jatuh di belakang rumah kita, kita tidak pernah  mengambilnya kan?
“Terus kalau ada  dompet tergeletak di jalan, saya  juga tidak boleh mengambilnya yah?” Tanya Ina heran.
“ Kamu boleh mengambilnya, tetapi harus mengembalikan kepada pemiliknya”, Jelas Ayah Ina sabar.
“ Sekarang ayah tanya, bagaimana kalau yang kehilangan dompet itu kamu?” kata ayah
“Ya kecewa yah, karena tidak hati-hati menyimpannya” jawan Ina
“Terus kalau tahu temanmu yang menemukan, apa yang akan kamu lakukan” tanya ayah lagi
“ Ya memintanya yah...itu kan punyaku”
“Memangnya kamu menemukan dompet In” Tanya ayah sambil menatap mata Ina dengan tajam namun lembut.
“Ya ayah tadi pagi, aku berniat menyimpannya karena sangat cantik “ Jawan Ina
“Besok kamu cari pemiliknya, dan serahkan kepadanya.” Perintah ayah Ina tegas.
            “ Ya Ayah” jawab Ina pelan, walau hatinya berat juga, namun dia berjanji akan melepaskan barang cantik yang bukan miliknya.
            Esoknya Ina sengaja berangkat pagi-pagi, dia ingin menjadi orang pertama kali hadir an akan mencari pemilik dompet yang cantik ini. Betapa kagetnya Ina, sudah ada Anti yang sedang mencari-cari sesuatu.
            “Cari ini ya ti” tanya Ina kepada Anti sambil menimang-nimang dompet berenda ungu, dan menyerahkannya kepada Anti.
“Kamu yang menemukan ya, terima kasih ya, Ini hadiah dari kakakku dari  Jakarta.
“Cantik sekali “ kata Ina pelan
“Kamu suka Ina” , Kata anti sambil
“Ya, bahkan kemarin aku berniat mengambilnya, tapi untunglah ayahku merlarangnya”
“Kamu boleh ambil dompet ini, Ina, tetapi hanya dompetnya, isinya untukku boleh?”
“ Tentu saja boleh, itu milikmu”Kata Ina heran
“ Memang benar, tetapi kamu sudah menemukannya, aku masih memiliki satu dompet seperti ini di rumah, kamu mau In.” Kata Anti ramah
“Mau...mau” Jawab Ina cepat
            Ina pulang cepat-cepat. Ina ingin berterima kasih kepada ayahnya, dan ingin mengatakan bangga memiliki ayah, yang telah mengingatkannya untuk tidak memiliki barang milik orang lain. Kini  Ina dapat memiliki dompet yang cantik tanpa rasa takut dan kawatir. Dompet berenda ungu di gantungkannya di pintu almari Ina. Bukan untuk tempat pensil tetapi untuk pengaharum ruangan. Wangi....sewangi hati Ina yang berbung-bunga.


0 Responses so far:

Leave a Reply