Mengajar kepada orang-orang yang sudah lanjut usia memerlukan ketekunan dan kesabaran. Berbeda jauh dengan mengajar anak-anak yang masih belia. Namun demikian mengajar ibu-ibu yang berusia lanjut memberikan pengalaman tersendiri kepada kami yang akan menjadi kenangan yang indah dalam hidup penulis.
Pada suatu hari saya diminta bapak Maskur, utusan dari SKB Purwokerto untuk menyertakan salah satu peserta keaksaraan fungsional untuk mengikuti lomba mengarang keaksaraan funsional malam, penulis melatih Ibu Lati (dalam gambar ) untuk mengikuti lomba mengarang di tingkat kabupaten. tingakt kabupaten. Karena waktu yang kami miliki hanya malam hari,maka jadilah malam itu saya melatih Ibu Latiyah untuk menulis karangannya sebanyak dua halaman folio. latihan dimulai pukul 20.00 WIB dan berakhir sampai dengan pukul 22.00 WIB.
Merubah merubah pemahaman sseoarang yang telah mengakar kuat dalam kehidupannya bukanlah hal yang mudah, yaitu mengenai ejaan sebelum EYD (Ejaan Yang Disempurnakan), ibu Latiyah masih saja menulis huruf tj untuk huruf c, masih saja menggunakan huruf oe untuk huruf u, dan juga masih menulis huruf j untuk kata saya, juga masih menulis kata terdjadilah untuk kata terjadilah.
Agar karangan dapat segera dikirim dengan Ejaan Yang disempurnakan, kami lakukan dengan cara saya mendiktekan kata-kata yang harus ditulis sesuai bunyinya. Misalnya kata saya maka saya mendiktekannya dengan kata saja, kemudian kalau kata-kata yang mengandung huruf u, maka perlu diingantkan dengan huruf u, misal kata jangan saya mendiktekannya dengan kata yangan.
Kami berdua kadang terpingkal-pingkal mendengar ucapan saya, satu contoh kata yangan, eh di telinga. Pengalaman yang lebih lucu, disela-sela mendikte saya sempat tertidur sambil duduk dengan posisi tangan memegang kertas, akhirnya ibu latiyah mengambil kertas yang ada di tangan saya. Kata-kata Ibu Latiyah "sampun bu," membangunkan saya.
Akhirnya selesailah karangan sebanyak dua halaman folio itu dalam waktu dua jam, dengan tulisan yang tidak vertikal, melainkan dengan huruf latin saja. Akhirnya kami berdua sama-sama lega, walau pada akhirnya tidak menjadi juara.
Leave a Reply