Pages

Mengenai Saya

Foto saya
Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia
Menjadi guru adalah salah satu anugerah yang terindah bagi saya, Allah Yang Maha Kuasa memberi kesempatan diri saya untuk belajar dan berkarya. bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Asa ke depan tetap berkarya dan berkarya walau usia semakin senja. Mudah-mudahan Allah meridhoi.Amin

Slide

10/06/12

STRATEGI PENYAMPAIAN BAHAN AJAR

Posted by Saptari Dharma Wijayanti on 07.14 2 komentar


Bahan Ajar
          Berkenaan  dengan  pemilihan  bahan  ajar,  secara  umum masalah  muncul berkenaan  dengan  penentuan  jenis  materi,  kedalaman,  ruang  lingkup,  urutan penyajian, perlakuan  (treatment) terhadap materi  pembelajaran,  dsb. Masalah lain yang berkenaan dengan bahan ajar adalah memilih sumber di  mana bahan ajar itu didapatkan.  Ada  kecenderungan  sumber  bahan  ajar  dititikberatkan  pada  buku. Padahal banyak sumber bahan ajar selain buku yang dapat digunakan. Bukupun tidak harus satu macam dan tidak harus sering berganti  seperti  terjadi  selama ini. Berbagai buku dapat dipilih sebagai sumber bahan ajar.  Kesulitan  lainnya  berkenaan  dengan  bahan  ajar  adalah  guru  memberikan bahan ajar atau materi pembelajaran terlalu luas atau terlalu sedikit, terlalu mendalam atau terlalu dangkal, urutan penyajian yang tidak tepat, dan jenis materi  bahan ajar yang  tidak  sesuai  dengan  kompetensi  yang  ingin  dicapai  oleh  siswa.  Berkenaan dengan buku sumber sering terjadi setiap ganti semester atau ganti tahun ganti buku. Sehubungan  dengan  itu,  perlu  disusun  rambu-rambu  pemilihan  dan pemanfaatan  bahan  ajar  untuk  membantu  guru  agar  mampu  memilih  materi pembelajaran atau bahan ajar dan memanfaatkannya dengan baik. Rambu-rambu dimaksud antara  lain berisikan konsep dan prinsip pemilihan materi  pembelajaran, penentuan  cakupan,  urutan,  kriteria  dan  langkah-langkah  pemilihan, perlakuan/pemanfaatan, serta sumber materi pembelajaran.
1.  Pemilihan  Bahan  Ajar Dalam Pembelajaran Berbasis Kompetensi 
Pembelajaran berbasis kompetensi didasarkan atas pokok-pokok pikiran bahwa  apa yang ingin dicapai  oleh siswa melalui  kegiatan pembelajaran harus dirumuskan dengan  jelas.  Perumusan  dimaksud diwujudkan  dalam bentuk  standar  kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh siswa. Standar kompetensi meliputi standar materi atau standar  isi  (content  standard) dan  standar  pencapaian  (performance  standard). Standar  materi  berisikan jenis,  kedalaman,  dan ruang lingkup materi  pembelajaran yang  harus  dikuasi  siswa,  sedangkan  standar  penampilan  berisikan  tingkat penguasaan yang harus  ditampilkan siswa.  Tingkat  penguasaan  itu misalnya harus 100% dikuasai  atau  boleh  kurang  dari  100%.  Sesuai  dengan  pokok-pokok  pikiran tersebut,  masalah materi  pembelajaran memegang peranan penting dalam rangka membantu siswa mencapai standar kompetensi.
Dalam rangka pelaksanaan  pembelajaran,  termasuk  pembelajaran  berbasis kompetensi, bahan ajar dipilih setelah identitas mata pelajaran, standar  kompetensi, dan kompetensi  dasar  ditentukan.  Langkah-langkah  Pengembangan pembelajaran sesuai KBK antara lain menentukan:
a.     identitas matapelajaran
b.      standar kompetensi, kompetensi dasar,
c.       materi pembelajaran,
d.      strategi pembelajaran/pengalaman belajar,
e.        indikator pencapaian, dst.
f.        Setelah pokok-pokok materi  pembelajaran ditentukan, materi  tersebut kemudian diuraikan. Uraian materi  pembelajaran dapat  berisikan butir-butir materi  penting  (key  concepts) yang harus  dipelajari  siswa atau dalam bentuk  uraian secara lengkap seperti yang terdapat dalam buku-buku pelajaran.
Seperti  diuraikan di  muka, materi  pembelajaran (bahan ajar) merupakan salah satu  komponen  sistem pembelajaran  yang  memegang  peranan  penting  dalam membantu siswa mencapai  standar kompetensi  dan kompetensi  dasar.  Secara garis besar,  bahan ajar  atau materi  pembelajaran berisikan pengetahuan,  keterampilan, dan sikap atau nilai yang harus dipelajari siswa.
            Materi  pembelajaran perlu dipilih dengan tepat  agar  dapat  membantu siswa  secara optimal dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Masalah  yang  timbul  berkenaan  dengan  pemilihan  materi  pembelajaran  umumnya menyangkut  jenis,  cakupan,  urutan,  perlakuan  (treatment) terhadap  materi pembelajaran dan sumber bahan ajar.
Jenis  materi  pembelajaran perlu diidentifikasi  atau ditentukan dengan  tepat
karena  setiap  jenis  materi  pembelajaran  memerlukan  strategi,  media,  dan  cara mengevaluasi  yang berbeda-beda.  Cakupan atau  ruang lingkup serta kedalaman materi  pembelajaran perlu  diperhatikan  agar  tidak kurang dan tidak lebih. Urutan (sequence) perlu diperhatikan agar  pembelajaran menjadi  runtut.  Perlakuan (cara mengajarkan/menyampaikan dan mempelajari)  perlu dipilih setepat-tepatnya agar tidak salah mengajarkan atau mempelajarinya (misalnya perlu kejelasan apakah suatu materi harus dihafalkan, dipahami, atau diaplikasikan).
2.    Strategi penyampaian bahan ajar oleh Guru
a.  Strategi urutan penyampaian simultan
Jika guru  harus  menyampaikan  materi  pembelajaran  lebih  dari  satu,  maka menurut  strategi  urutan  penyampaian  simultan,  materi  secara  keseluruhan disajikan secara serentak,  baru kemudian diperdalam satu demi  satu (Metode global).  Misalnya  guru  akan  mengajarkan  materi  dari  KD IPS  5.1  Mengenal  makna peninggalan-peninggalan  sejarah  yang  berskala  nasional  dari  masa  HinduBudha  dan  Islam di  Indonesia.  Pertama-tama  Guru  menyajikan  tiga  masa sekaligus secara garis besar, kemudian setiap masa hindu, budha, Islam disajikan secara mendalam.
b.  Strategi urutan penyampaian suksesif
Jika guru manyampaikan materi  pembelajaran lebih dari  satu,  maka menurut strategi  urutan panyampaian  suksesif,  sebuah materi  satu demi  satu disajikan secara  mendalam  baru  kemudian  secara  berurutan  menyajikan  materi berikutnya secara  mendalam pula.  Contoh yang sama,  misalnya guru  akan mengajarkan materi peninggalan sejarah Islam. Pertama-tama guru menyajikan masa peninggalan sejarah Islam.  Setelah semua disajikan secara mendalam, baru kemudian menyajikan masa peninggalan berikutnya yaitu Hindu, Budha.
c. Strategi penyampaian fakta
Jika guru manyajikan materi  pembelajaran termasuk jenis  fakta (nama-nama benda,  nama tempat,  peristiwa sejarah,  nama orang,  nama lambang atau simbol,  dsb.)  strategi  yang tepat  untuk  mengajarkan materi  tersebut  adalah sebagai berikut:
(1) Sajikan materi fakta dengan lisan, tulisan, atau gambar.
(2) Berikan bantuan kepada siswa untuk menghafal. Bantuan  iberikan dalam bentuk penyampaian secara bermakna,  menggunakan jembatan ingatan, jembatan  keledai,  atau  mnemonics,  asosiasi  berpasangan,  dsb.  Bantuan penyampaian materi  fakta secara bermakna, misalnya menggunakan cara berpikir  tertentu  untuk  membantu  menghafal.  Sebagai  contoh,  untuk menghafal  jenis-jenis  sumber  belajar  digunakan  cara  berpikir:  Apa,  oleh siapa,  dengan menggunakan bahan,  alat,  teknik,  dan lingkungan seperti apa?  Berdasar  kerangka  berpikir  tersebut,  jenis-jenis  sumber  belajar diklasifikasikan manjadi:  Pesan, orang,  bahan,  alat,  teknik,  dan lingkungan. Bantuan mengingat-ingat jenis-jenis sumber  belajar  tersebut  menggunakan jembatan  keledai,  jembatan  ingatan   (mnemonics)  menjadi   POBATEL (Pesan,  orang bahan, alat,  teknik, lingkungan).  Bantuan menghafal  berupa asosiasi  berpasangan  (pair  association)  misalnya untuk mengingat-ingat  di mana letak  stalakmit  dan stalaktit  pada pelajaran sains. Apakah stalaktit di atas  atau  di  bawah?  Untuk  menjawab pertanyaan  tersebut,  pasangkan huruf  T pada  atas,  dengan T pada  tit-nya stalaktit.  Jadi  stalaktit terletak di atas,  sedangkan  stalakmit  terletak  di  bawah.  Contoh  lain  penggunaan  jembatan  keledai  atau  jembatan  ingatan:   (1)  PAO-HOA  (Panas  AprilOktober,  Hujan Oktober  – April).   (2)  Untuk menghafal  nama-nama bulan yang  berumur  30  hari  digunakan  AJUSENO  (April,  Juni,  September, Nopember).
d. Strategi penyampaian konsep
Materi pembelajaran jenis konsep adalah materi berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari  konsep adalah agar siswa paham, dapat menunjukkan ciriciri,  unsur,  membedakan,  membandingkan,  menggeneralisasi,  dsb.  Langkah langkah mengajarkan konsep:
1)    Sajikan konsep
2)    Berikan bantuan (berupa inti  isi, ciri-ciri  pokok, contoh Dan bukan contoh),
3)    Berikan latihan (exercise) misalnya berupa tugas untuk mencari  contoh lain,
4)    Berikan umpan balik,  
5)    Berikan tes.

e. Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip
Termasuk materi  pembelajaran jenis  prinsip adalah dalil,  rumus,  hukum  (law), postulat, teorema, dsb.
Langkah-langkah mengajarkan atau menyampaikan materi pembelajaran jenis prinsip adalah : 
(1) Sajikan prinsip
(2) Berikan bantuan berupa contoh penerapan  prinsip
(3)  Berikan soal-soal latihan
(4)  Berikan umpan balik
(5)  Berikan tes.
f.   Strategi penyampaian prosedur
Tujuan  mempelajari  prosedur  adalah  agar  siswa  dapat  melakukan  atau mempraktekkan prosedur tersebut, bukan sekedar paham atau hafal. Termasuk  materi  pembelajaran  jenis  prosedur  adalah  langkah-langkah mengerjakan  suatu  tugas  secara  urut.  Misalnya  langkah-langkah  menyetel televisi.
Langkah-langkah mengajarkan prosedur meliputi:
1)      Menyajikan prosedur
2)      Pemberian  bantuan  dengan  jalan  mendemonstrasikan  bagaimana  cara melaksanakan prosedur
3)      Memberikan latihan (praktek)
4)      Memberikan umpan balik
5)      Memberikan tes.
g. Strategi mengajarkan/menyampaikan materi aspek afektif
Termasuk  materi  pembelajaran  aspek  sikap  (afektif)  menurut  Bloom (1978) adalah pemberian respons, penerimaan suatu nilai, internalisasi, dan penilaian. Beberapa strategi  mengajarkan materi  aspek  sikap antara  lain:   penciptaan kondisi,  pemodelan atau contoh,  demonstrasi,  simulasi,  penyampaian ajaran atau dogma.
h.  Arah Pengembangan
Standar  kompetensi  dan kompetensi  dasar  menjadi  arah dan landasan untuk mengembangkan  materi  pokok,  kegiatan  pembelajaran,  dan  indikator pencapaian  kompetensi  untuk  penilaian.  Dalam  merancang  kegiatan pembelajaran dan  penilaian perlu memperhatikan  Standar  Proses  dan  Standar Penilaian.
 I. Strategi mempelajari bahan ajar oleh siswa
 Ditinjau dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran berupa kegiatan  guru  menyampaikan  atau  mengajarkan  kepada  siswa.  Sebaliknya, ditinjau  dari  segi  siswa,  perlakuan  terhadap  materi  pembelajaran  berupa mempelajari  atau berinteraksi  dengan materi  pembelajaran. Secara khusus dalam mempelajari  materi  pembelajaran, kegiatan siswa dapat  dikelompokkan menjadi empat, yaitu menghafal, menggunakan, menemukan, dan memilih.  Penjelasan dan contoh disajikan sebagai berikut:
1. Menghafal (verbal & parafrase)
Ada dua jenis  menghafal,  yaitu menghafal  verbal  (remember  verbatim)  danmenghafal  parafrase  (remember  paraphrase). Menghafal  verbal  adalah menghafal  persis  seperti  apa adanya.  Terdapat  materi  pembelajaran  yang memang harus dihafal persis seperti  apa adanya, misalnya nama orang, nama tempat,  nama  zat,  lambang,  peristiwa  sejarah,  nama-nama  bagian  atau komponen suatu benda,  dsb. Sebaliknya ada juga materi  pembelajaran yang tidak harus dihafal persis seperti apa adanya tetapi dapat diungkapkan dengan bahasa atau kalimat sendiri (hafal  parafrase). Yang penting siswa paham atau mengerti,  misalnya paham  inti  isi  Pembukaan UUD 1945,  definisi  saham,  dalil Archimides, dsb. 
2.  Menggunakan/mengaplikasikan (Use)
Materi pembelajaran setelah dihafal atau dipahami kemudian  digunakan atau diaplikasikan. Jadi dalam proses pembelajaran siswa perlu memiliki kemampuan untuk  menggunakan,  menerapkan  atau  mengaplikasikan  materi  yang  telah dipelajari.
Penggunaan  fakta  atau  data  adalah  untuk  dijadikan  bukti  dalam rangka pengambilan keputusan. Contoh,  berdasar  hasil  penggalian ditemukan fakta terdapatnya emas  perhiasan yang sudah jadi,  setengah jadi,  perhiasan yang telah rusak,  tungku,  bahan emas  batangan di  bekas  peninggalan sejarah di desa Wonoboyo Klaten Jawa Tengah. Dengan menggunakan fakta tersebut, ahli sejarah berkesimpulan bahwa lokasi tersebut tempat  bekas pengrajin emas. Penggunaan materi konsep adalah untuk menyusun proposisi, dalil, atau rumus. Seperti  diketahui,  dalil  atau  rumus  merupakan  hubungan  antara  beberapa konsep.  Misalnya,   dalam berdagang  “Jika penjualan lebih besar  daripada biaya modal  maka akan terjadi  laba atau untung”. Konsep-konsep dalam jual beli  tersebut meliputi  penjualan, biaya modal, laba, untung, dan konsep “lebih besar”. Selain itu,  penguasaan atas  suatu konsep digunakan untuk menggeneralisasi
dan membedakan. Contoh, seorang anak yang telah memahami  konsep “jam adalah  alat  penunjuk   waktu”,  akan  dapat  menggeneralisir  bahwa bagaimanapun berbeda-beda bentuk  dan ukurannya,  dapat  menyimpulkan bahwa benda tersebut adalah jam. Penerapan  atau  penggunaan  prinsip  adalah  untuk  memecahkan  masalah pada kasus-kasus lain. Contoh, seorang siswa  yang telah mampu menghitung luas persegi  panjang setelah mempelajari  rumusnya,   dapat  menentukan luas persegi  panjang di  manapun  dan berapapun  besarnya  panjang dan  lebar persegi panjang yang harus dihitung luasnya.  Penggunaan  materi  prosedur  adalah  untuk  dikerjakan   atau  dipraktekkan. Seorang  siswa yang  telah  hafal  dan  berlatih  mengendarai  sepeda  motor, dapat mengendarai sepeda motor tersebut. Penggunaan  prosedur  (psikomotorik)  adalah  untuk  mengerjakan  tugas  atau melakukan  suatu  perbuatan.  Sebagai  contoh,  siswa  dapat  mengendarai sepeda motor setelah menghafal langkah-langkah atau prosedur mengendarai sepeda motor. Penggunaan materi  sikap adalah berperilaku sesuai  nilai atau sikap yang telah dipelajari.  Misalnya,  siswa berhemat  air  dalam mandi  dan  mencuci  setelah mendapatkan pelajaran tentang pentingnya bersikap hemat.

3.  Menemukan
Yang  dimaksudkan  penemuan  (finding) di  sini  adalah   menemukan  cara memecahkan  masalah-masalah  baru  dengan  menggunakan  fakta,  konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari.  Menemukan  merupakan  hasil  tingkat  belajar  tingkat  tinggi.  Gagne  (1987) menyebutnya  sebagai  penerapan  strategi  kognitif.  Misalnya,  setelah mempelajari  hukum  bejana  berhubungan  seorang  siswa  dapat  membuat peralatan  penyiram pot  gantung  menggunakan  pipa-pipa paralon.  Contoh lain,  setelah mempelajari  sifat-sifat angin yang mampu memutar  baling-baling siswa dapat  membuat  protipe,  model,  atau maket  sumur  kincir  angin untuk mendapatkan air tanah.
4.  Memilih
Memilih di sini menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksudkan dengan memilih  di  sini  adalah  memilih  untuk  berbuat  atau  tidak  berbuat  sesuatu. Misalnya memilih membaca novel  dari  pada membaca tulisan ilmiah. Memilih menaati  peraturan  lalu  lintas  tetapi  terlambat  masuk  sekolah  atau  memilih melanggar tetapi tidak terlambat, dsb.

(Dikutip dari Materi Diklat Pengembangan Tema dan Bahan Ajar, Diklat Guru IPS SMP Tingkat Jenjang Dasar PPPPTK Malang Tahun 2009)
Membaca Selanjutnya...


INFO BEST PRACATISE

Posted by Saptari Dharma Wijayanti on 06.55 0 komentar


Pedoman Best Practice Guru
PEDOMAN
PENULISAN PENGALAMAN TERBAIK
(BEST PRACTICE) GURU
DALAM PELAKSANAAN TUGASNYA
TAHUN 2011

1. Latar Belakang
a. Dalam rangka meningkatkan mutu dan profesionalisme guru, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 tahun 2009 tertanggal 10 November 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 03/V/PB/2010, Nomor 14 tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 tahun 2010, tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
b. Berdasar pada ketiga peraturan di atas, guru wajib melaksanakan kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang dapat terdiri atas kegiatan (a) pengembangan diri, (b)publikasi ilmiah, dan (c) karya inovatif.
c. Publikasi ilmiah, di antaranya dapat berupa Tinjauan Ilmiah di bidang pembelajaran. Isi dari publikasi ilmiah tersebut, dapat berupa laporan dari pengalamanpengalaman terbaik yang telah dilakukan oleh para guru dalam melaksanakan tugasnya.
d. Dalam pelaksanaan tugasnya, seharusnya guru telah memperoleh banyak pengalaman. Di antara pengalaman-pengalaman itu, tentu ada yang diyakininya sebagai pengalaman terbaik (BestPractice).
e. Bila pengalaman terbaik tersebut dipublikasikan, maka akan dapat menjadi pembelajaran yang sangat berharga bagi guru yang lain, dan sekaligus juga merupakan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan dari guru yang menulis.
f. Guna meningkatkan kemauan guru dalam memublikasikan pengalaman terbaiknya, maka
diadakanlah kegiatan penulisan ’Best Practice Guru’. Oleh karena itu, diperlukan adanya Pedoman Penulisan yang berisi informasi tentang latar belakang, tujuan, serta prosedur dan persyaratan dalam penulisan pengalaman terbaik guru.

2. Tujuan Kegiatan Penulisan Best Practice Guru
a. Meningkatkan kemauan dan kemampuan guru untuk menuliskan pengalaman terbaiknya dalam bentuk publikasi ilmiah.
b. Menyebarluaskan hasil tulisan pengalaman terbaik guru, melalui berbagai media dan kegiatan yang lain (seminar, lokakarya, dan lain-lain), agar terjadi penambahan wawasan bagi guru-guru yang lain yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan mutu profesionalisme guru.
c. Membantu guru dalam melaksanakan pengembangan keprofesian berkelanjutan, melalui penulisan publikasi ilmiah yang berupa Tinjauan Ilmiah di bidang pembelajaran yang berisi ungkapan pengalaman terbaik guru dalam pelaksanaan pembelajarannya.

3. Tujuan Pedoman Penulisan Best Practice Guru
Pedoman penulisan ini bertujuan:
a. Memberikan informasi bagi guru/kepala sekolah, tentang latar belakang dan tujuan diadakannya kegiatan penulisan Best Practice guru.
b. Memberikan informasi secara rinci tentang definisi, kerangka isi, bukti fisik yang harus disertakan serta prosedur pengiriman tulisan.
c. Memberikan pedoman dan kriteria yang akan digunakan oleh tim penilai dalam menentukan keberhasilan penulisan.

4. Definisi Best Practice Guru
a. Yang dimaksudkan dengan tulisan pengalaman terbaik (Best Practice) guru adalah tulisan yang dibuat guru yang berisi laporan uraian pengalaman nyata guru dalam memecahkan berbagai masalah pelaksanaan pembelajaran dan/atau masalah pengelolaan yang ada di kelas (bagi guru) atau di satuan pendidikan (bagi kepala sekolah). Laporan best practice merupakan pengalaman nyata penulis sendiri, bukan pengalaman orang lain, saduran, terjemahan atau plagiasi.
b. Di dalam laporan tersebut, harus secara jelas ditulis tentang hal-hal berikut.
1) Permasalahan atau permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh guru/kepala sekolah yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran/pengelolaan yang ada di kelas atau satuan pendidikannya.
2) Uraian keterkaitan permasalahan yang dihadapi dengan berbagai teori, hasil penelitian, atau kajian kepustakaan yang relevan.
3) Pembahasan tentang bagaimana guru/kepala sekolah yang bersangkutan dalam memecahkan permasalahannya dan uraian hasilnya.
4) Sajian simpulan dan saran.
c. Kegiatan penulisan pengalaman terbaik ini, juga merupakan bagian dari kegiatanPengembangan Keprofesian Berkelanjutan yang berupa Publikasi Ilmiah berjenis Tinjauan Ilmiah. Apabila karya tersebut memenuhi persyaratan, dapat memperoleh angka kredit untuk unsur Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.

5. Kerangka Penulisan
a. Pengalaman terbaik (Best Practice) guru diketik dengan menggunakan huruf TIMES NEW ROMAN font ukuran 12, berjarak 1,5 spasi, di atas kertas ukuran A4 70 gr, tidak bolak-balik, jumlah halaman minimal 12 dan maksimal 50 (tidak termasuk bagian awal dan lampiran).
b. Jarak pengetikan bagian atas 3,0 cm dan bawah 2,5 cm, bagian tepi kiri 3,0 cm dan kanan 2,5 cm. Setiap halaman diberi nomor halaman.
c. Naskah dibendel rapi dengan menggunakan sampul berwarna dan format sesuai dengan yang tersaji dalam lampiran. Semua lampiran, harus dibendel menjadi satu kesatuan dengan laporannya (tidak disajikan secara terpisah). Sampul tidak menggunakan hard cover, cukup kertas manila.
d. Kerangka isi penulisan diatur sebagai berikut.
1) Bagian Awal terdiri atas (a) halaman judul; (b) lembaran persetujuan; (c) kata pengantar; (d) daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran (bila ada); serta (e) abstrak atau ringkasan. Lembar persetujuan ditandatangani Kepala Sekolah bila yang menyusun adalah guru dan ditandatangani pengawas bila yang menyusun adalah kepala sekolah.
2) Bagian Isi terdiri atas beberapa bab.
a) Bab Pendahuluan menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat.
b) Bab Kajian/Tinjauan Pustaka berisi keterkaitan antara permasalahan yang dihadapi dengan berbagai teori, hasil-hasil penelitian, atau pengalaman-pengalaman terdahulu. Inti dari bagian ini adalah memberikan dasar teoretis terhadap apa yang dilakukan oleh guru dalam memecahkan permasalahannya.
c) Bab Pembahasan Masalah menguraikan langkah-langkah atau cara-cara dalam
memecahkan masalah yang dituangkan secara rinci. Hal yang sangat perlu dituliskan adalah bagaimana tindakan, cara, langkah yang dilakukan oleh guru/kepala sekolah yang bersangkutan sehingga kegiatantersebut dinyatakan sebagai pengalaman terbaiknya dalam pemecahan masalah. Semua uraian tentang pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan harus didukung (dilampirkan) dengan data yang benar dari satuan pendidikannya. Hal yang sangat perlu disajikan pada bab ini adalah keaslian dan kejelasan ide/gagasan terkait dengan upaya pemecahan masalah di kelas atau satuan pendidikannya. Uraian ini merupakan inti tulisan best practice.
d) Bab Simpulan dan Saran berisi uraian tentang hal-hal yang dapat dipetik sarinya dari pengalaman berharga tersebut. Simpulan diikuti dengan saran atau rekomendasi terhadap pihak terkait.
3) Bagian Penunjang berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran tentang semua data yang
dipakai untuk menunjang tulisan ini. Sajian lampiran dimaksudkan sebagai bukti bahwa
kegiatan yang ditulis memang benar-benar merupakan hal nyata yang telah dilakukan. Oleh
karena itu, dokumen yang dilampirkan harus benar-benar mampu menyakinkan hal tersebut.

6. Prosedur Penulisan dan Pengiriman
Penulisan Best Practice:
a. Peserta kegiatan ini adalah guru atau kepala sekolah pada jenjang pendidikan menengah
b. Penulisan laporan Best Practice dilakukan perseorangan.
c. Kelengkapan yang harus dikirim kepada panitia:
1) Laporan tertulis sebanyak 2 (dua) eksemplar.
2) Naskah sajian (print-out) presentasi yang berupa tayangan power point, dengan jumlah slide sekitar 10—20 buah, untuk presentasi yang akan dilakukan selama 15 menit.
3) CD yang berisi laporan lengkap dalam format MSWord, dan juga berisi naskah presentasi dalam bentuk powerpoint.
Pengiriman Laporan Best Practice:
a. Laporan yang telah selesai (dan telah mendapat pengesahan) beserta CD-nya dikirimkan ke alamat berikut.
PANITIA PENULISAN BEST PRACTICE GURU
Subdit Program dan Evaluasi
Direktorat Pembinaan PTK Pendidikan Menengah
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah
Kemendiknas Gedung D Lantai 12
Jalan Jenderal Sudirman Pintu 1 Senayan, Jakarta
b. Berkas laporan paling lambat telah dikirim kepada panitia pada tanggal 31 Agustus 2011 jam 13.00 WIB (Berkas yang dikirim melebihi tanggal tersebut tidak disertakan dalam penilaian).
c. Pengiriman dilakukan melalui jasa pengiriman (misalnya pos) dan dilakukan oleh guru yang bersangkutan, tidak melalui sekolah atau yang lain.
d. Naskah yang sudah masuk ke panitia menjadi hak milik panitia.

7. Pedoman dan Kriteria Penilaian
a. Tim penilai terdiri atas pakar yang relevan dengan tugas ini dan telah diseleksi serta ditetapkan berdasar surat keputusan Mendiknas u.b. Direktur PPTK Dikmen.
b. Penilaian dilakukan dalam dua tahap.
1) Tahap pertama dilakukan penilaian administrative dan substansi tulisan. Peserta yang lolos tahap seleksi ini diundang melakukan presentasi di Jakarta.
2) Tahap kedua dilakukan penilaian berdasarkan substansi tulisan dan hasil presentasi.
c. Penilaian tahap pertama meliputi penilaian administratif dan substansi tulisan. Penilaian
administratif meliputi penilaian kelengkapan Lembar Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar isi, Abstrak/Ringkasan, BAB I Pendahuluan, BAB II Kajian Teori, BAB III Pembahasan Masalah, BAB IV Simpulan dan Saran, Daftar Pustaka, dan Lampiran. Penilaian substansi meliputi penilaian BAB III Pembahasan dan Lampiran. Pembahasan meliputi (1) kejelasan gagasan/ide dalam pemecahan masalah, (2) keterkaitan ide atau gagasan dengan teori, (3) uraian tentang langkah-langkah pelaksanaan ide serta metode/cara yang dapat dilakukan dalam pemecahan masalah, (4) dukungan data spesifik dari permasalahan nyata yang dialami, (5) Uraian hasil.
Penilaian lampiran meliputi kesesuai lampiran dan kelengkapan lampiran.
d. Penilaian tahap kedua didasarkan substansi isi, keaslian/orisinalitas dan hasil presentasi dengan kriteria (a) kesesuaian presentasi dengan isi tulisan, (b) kejelasan dan logika dalam penyajian, dan (c) unjuk kerja selama menyajikan presentasi.

8. Penghargaan
Penulis dan penyaji terbaik pada kegiatan Pengalaman Terbaik (Best Practice) akan memperoleh hadiah yangberupa sertifikat tingkat nasional dan penghargaan lainnya.

9. Penutup
Pedoman Penulisan ini berisi informasi tentang latar belakang, tujuan, serta definisi tentang apa yang dimaksud dengan pengalaman terbaik guru. Di dalamnya juga memuat bagaimana prosedur dalam menulis dan mengirimkan laporan, serta bagaimana laporan tersebut akan dinilai. Dengan pedoman ini diharapkan guru dan tim penilai dapat dengan lebih jelas dan mudah melaksanakan tugasnya masing-masing dalam usaha meningkatkan mutu guru dan mutu pendidikan pada umumnya.

(WWW.DEPDIKNAS.COM)
Membaca Selanjutnya...